Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

AS Keluar dari Pakta Trans-Pasifik!

SETELAH membatalkan program Obamacare yang menjamin layanan kesehatan 20 juta keluarga kurang mampu di AS, Presiden AS Donald Trump pada Senin (23/1/2017) menandatangani perintah eksekutif mengeluarkan AS dari Kerja Sama Trans-Pasifik (TPP), dengan menyebut keputusan ini "hal terbaik untuk pekerja Amerika".
TPP gagasan Presiden Obama ditandatangani 12 negara Asia dan Pasifik pada 2015, yang secara total kawasan ini menguasai 40 persen perekonomian dunia. Negara penanda tangan pakta ini Australia, Brunei, Kanada, Cile, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, dan AS.
Pembatalan Obamacare dan Pakta TPP di hari pertama Trump bekerja itu realisasi janji kampanye untuk membuat kebijakan yang merupakan antitesis dari kebijakan Obama.
"Kami akan tetap melakukan perdagangan, tetapi kami akan melakukannya dengan tiap negara," ujar Trump. "Jika ada yang berperilaku tak wajar, kami akan mengirimkan surat pemutusan hubungan, dalam 30 hari mereka akan memperbaiki diri atau kami yang pergi," jelasnya. (Kompas.com, 24/1/2017)
Saat kampanye Trump berjanji memangkas pakta-pakta perdagangan AS di luar negeri dan merebut kembali lapangan pekerjaan di bidang manufaktur yang hilang.
Namun, para analis ekonomi mengatakan langkah Trump ini tak akan serta-merta mengembalikan lapangan kerja yang hilang. Terlebih, menurut analisis Peterson Institute, AS justru yang paling diuntungkan jika TPP berlangsung dengan peningkatan ekspor tahunan mencapai 657 miliar dolar AS.
Tapi demikianlah adanya, karena tujuannya asal bertentangan dengan kebijakan Obama, hasilnya tergantung usaha penyesuaian selanjutnya. Karena itu, menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia, kondisi perekonomian global akan terus diliputi ketidakpastian.
Untuk itu, menurut Sri Mulyani, pemerintah perlu berkonsentrasi penuh memperkuat perekonomian dalam negeri. "Sehingga kita tidak terlalu mudah terombang-ambing karena statement maupun reaksi dari market," tegasnya.
Konsentrasi penuh pemerintah mengelola ekonomi dalam negeri sangatlah penting pada tahun ini. Sebab, ujar Sri, dengan ekonomi yang kuat, guncangan ekonomi global bisa ditangkal.
Penting dijaga kepercayaan investor. Berdasar pada data terbaru Bank Dunia, tren investasi di seluruh dunia sedang menurun. Terpenting dijaga investasi jangka panjang, pengembangan SDM, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
Kalau itu terjaga, ketidakpastian Trump takkan mengguncang kita. ***

0 komentar: