UNI Eropa (UE) mengecam rencana Israel membangun permukiman baru lagi di tanah Palestina yang didudukinya, dengan menyebut rencana itu merusak prospek solusi dua negara.
Langkah baru Perdana Menteri Benjamin Netanyahu itu dinilai UE sebagai tindakan mengganggu proses perdamaian yang sedang berjalan, seperti dilaporkan Reuters, Rabu (25/1/2017).
Minggu (22/1/2017), Israel mengumumkan rencana untuk membangun ratusan rumah baru di Jerusalem Timur. Lalu Selasa (24/1/2017) diumumkan lagi pembangunan 2.500 unit di Tepi Barat. "Kami bisa membangun di mana saja yang kami inginkan dan sebanyak yang kami inginkan," kata seorang pejabat Israel di Tel Aviv. (Kompas.com, 25/1/2017)
Selama kampanye pemilu AS, Donald Trump yang kini jadi Presiden AS ke-45 menunjukkan ia mengabaikan penentangan oleh Barack Obama untuk pembangunan permukiman Yahudi di tanah Palestina.
Sikap Trump itu membuat senang pemerintah Netanyahu, terutama setelah Trump menunjuk David Friedman menjadi Dubes AS untuk Israel. Friedman pendukung pembangunan permukiman oleh Israel. Ia telah menjabat Ketua American Friends of Beit El, kelompok yang menggalang dana untuk permukiman.
Obama sendiri sebagai pendukung prospek solusi dua negara (Israel dan Palestina merdeka) selain menentang pembangunan permukiman baru Yahudi, juga membantu pemerintah Palestina. Seperti pada jam-jam terakhirnya berkantor di Gedung Putih, tindakan terakhir Barack Obama adalah mengirimkan dana 221 juta dolar AS atau hampir Rp3 triliun untuk Pemerintah Palestina.
Dana itu untuk bantuan kemanusiaan ke Tepi Barat dan Jalur Gaza serta berbagai proyek pemerintah dan reformasi politik. Dana ini tetap dicairkan meski sejumlah anggota kongres dari Partai Republik mencoba memblokirnya. Kemenlu AS, lapor Reuters, sudah mengirimkan uang itu beberapa jam sebelum pelantikan Trump.
DK PBB sudah memvonis permukiman yang dibangun Israel di Tepi Barat dan Jerusalem Timur ilegal. Jelas jadi penghambat perdamaian Israel-Palestina karena mengurangi dan memecah wilayah Palestina.
Rakyat Palestina menginginkan Tepi Barat dan Jalur Gaza menjadi negara Palestina merdeka dengan Ibu Kotanya Jerusalem Timur. Mengetahui itu, Israel justru berusaha ngebut membangun permukiman Yahudi di Jerusalem Timur.
Dengan terpilihnya Trump Israel berusaha mendorong AS memindah Kedutaan Besarnya dari Tel Aviv ke Jerusalem. Ini pasti menyulut penolakan dari seantero jagat, tapi Israel (dan Trump) cenderung suka mencari gara-gara. ***
Langkah baru Perdana Menteri Benjamin Netanyahu itu dinilai UE sebagai tindakan mengganggu proses perdamaian yang sedang berjalan, seperti dilaporkan Reuters, Rabu (25/1/2017).
Minggu (22/1/2017), Israel mengumumkan rencana untuk membangun ratusan rumah baru di Jerusalem Timur. Lalu Selasa (24/1/2017) diumumkan lagi pembangunan 2.500 unit di Tepi Barat. "Kami bisa membangun di mana saja yang kami inginkan dan sebanyak yang kami inginkan," kata seorang pejabat Israel di Tel Aviv. (Kompas.com, 25/1/2017)
Selama kampanye pemilu AS, Donald Trump yang kini jadi Presiden AS ke-45 menunjukkan ia mengabaikan penentangan oleh Barack Obama untuk pembangunan permukiman Yahudi di tanah Palestina.
Sikap Trump itu membuat senang pemerintah Netanyahu, terutama setelah Trump menunjuk David Friedman menjadi Dubes AS untuk Israel. Friedman pendukung pembangunan permukiman oleh Israel. Ia telah menjabat Ketua American Friends of Beit El, kelompok yang menggalang dana untuk permukiman.
Obama sendiri sebagai pendukung prospek solusi dua negara (Israel dan Palestina merdeka) selain menentang pembangunan permukiman baru Yahudi, juga membantu pemerintah Palestina. Seperti pada jam-jam terakhirnya berkantor di Gedung Putih, tindakan terakhir Barack Obama adalah mengirimkan dana 221 juta dolar AS atau hampir Rp3 triliun untuk Pemerintah Palestina.
Dana itu untuk bantuan kemanusiaan ke Tepi Barat dan Jalur Gaza serta berbagai proyek pemerintah dan reformasi politik. Dana ini tetap dicairkan meski sejumlah anggota kongres dari Partai Republik mencoba memblokirnya. Kemenlu AS, lapor Reuters, sudah mengirimkan uang itu beberapa jam sebelum pelantikan Trump.
DK PBB sudah memvonis permukiman yang dibangun Israel di Tepi Barat dan Jerusalem Timur ilegal. Jelas jadi penghambat perdamaian Israel-Palestina karena mengurangi dan memecah wilayah Palestina.
Rakyat Palestina menginginkan Tepi Barat dan Jalur Gaza menjadi negara Palestina merdeka dengan Ibu Kotanya Jerusalem Timur. Mengetahui itu, Israel justru berusaha ngebut membangun permukiman Yahudi di Jerusalem Timur.
Dengan terpilihnya Trump Israel berusaha mendorong AS memindah Kedutaan Besarnya dari Tel Aviv ke Jerusalem. Ini pasti menyulut penolakan dari seantero jagat, tapi Israel (dan Trump) cenderung suka mencari gara-gara. ***
0 komentar:
Posting Komentar