TANPA disadari, para pengembang (developer) Tiongkok secara de facto telah “menduduki” Ibu Kota RI, Jakarta, dari wilayah barat sampai timur dengan membangun blok-blok besar dan luas yang multifungsi, baik hunian, komersial, hingga fasilitas pendidikan dan kesehatan terintergrasi.
Di barat Jakarta, Daan Mogot, BUMN Negeri Tirai Bambu, China Constructions and Communication Group (CCCG), di atas lahan 16 hektare membangun 24 menara apartemen masing-masing 441 unit, lengkap dengan berbagai fasilitas pusat belanja, komersial, taman bermain, dan lainnya. Mulai 10 Desember 2016 telah menjual apartemen yang dibangunnya, hingga pekan kemarin telah terjual 838 unit. (Kompas.com, 9/1/2017)
Harga apartemen di menara Albatross tipe studio ukuran 25,3 meter persegi Rp443 juta. Sedang di menara Blue Finch dengan ukuran sama Rp504 juta. CCCG menghitung gross development value (GDV) pengembangan proyek itu selama 10 tahun ke depan senilai 1 miliar dolar AS atau ekuivalen Rp13,3 triliun.
Di kawasan Serpong, hadir Hong Kong Land dan Kingland Group. Hong Kong Land gandengan dengan Sinar Mas Group membidani perumahan terpadu Nava Park seluas 68 hektare.
Sedang Kingland Group kiprah dengan Kingland Avenue senilai Rp2 triliun guna membangun 2.200 unit dan sebuah menara di lahan 2,2 hektare. Kingland juga sudah mengantongi lahan cadangan 200 hektare tersebar di Cibubur dan Cinere.
Lalu, di sisi timur Jakarta, ada Wuzhou Investment Group yang menggerakkan tentakelnya PT Sindeli Propertindo Abadi, menguasai lahan 4,8 hektare di Jalan Lapangan Tembak, Cibubur, Jakarta Timur, sejak April 2015. Di lahan itu dibangun Jakarta Living Star berisi 6 menara apartemen sebanyak 3.700 unit yang dilengkapi pusat belanja 3.000 meter persegi, hotel, dan beragam fasilitas lainnya.
Wuzhou tak berhenti di Cibubur. Dengan keseriusannya investasi membeli tanah secara tunai, mereka sudah memiliki tanah seluas 150 hektare di Cikeas.
Semua itu di luar sejumlah raksasa Tiongkok yang lebih dahulu masuk ke Jakarta dan ada yang membangun gedung pencakar langit di pusat bisnis sekelas Jalan Thamrin, seperti China Sonangol, sehingga cukup mencerminkan bahwa para developer tulen asal Tiongkok kini benar-benar telah eksis menduduki Jakarta.
Artinya, kalau pulau-pulau reklamasi di Teluk Jakarta diisukan bakal digunakan sebagai jembatan bagi orang Tiongkok masuk Indonesia, sudah tidak relevan lagi. Bahkan, para developer Tiongkok kini sudah tuntas menduduki Jakarta! ***
Harga apartemen di menara Albatross tipe studio ukuran 25,3 meter persegi Rp443 juta. Sedang di menara Blue Finch dengan ukuran sama Rp504 juta. CCCG menghitung gross development value (GDV) pengembangan proyek itu selama 10 tahun ke depan senilai 1 miliar dolar AS atau ekuivalen Rp13,3 triliun.
Di kawasan Serpong, hadir Hong Kong Land dan Kingland Group. Hong Kong Land gandengan dengan Sinar Mas Group membidani perumahan terpadu Nava Park seluas 68 hektare.
Sedang Kingland Group kiprah dengan Kingland Avenue senilai Rp2 triliun guna membangun 2.200 unit dan sebuah menara di lahan 2,2 hektare. Kingland juga sudah mengantongi lahan cadangan 200 hektare tersebar di Cibubur dan Cinere.
Lalu, di sisi timur Jakarta, ada Wuzhou Investment Group yang menggerakkan tentakelnya PT Sindeli Propertindo Abadi, menguasai lahan 4,8 hektare di Jalan Lapangan Tembak, Cibubur, Jakarta Timur, sejak April 2015. Di lahan itu dibangun Jakarta Living Star berisi 6 menara apartemen sebanyak 3.700 unit yang dilengkapi pusat belanja 3.000 meter persegi, hotel, dan beragam fasilitas lainnya.
Wuzhou tak berhenti di Cibubur. Dengan keseriusannya investasi membeli tanah secara tunai, mereka sudah memiliki tanah seluas 150 hektare di Cikeas.
Semua itu di luar sejumlah raksasa Tiongkok yang lebih dahulu masuk ke Jakarta dan ada yang membangun gedung pencakar langit di pusat bisnis sekelas Jalan Thamrin, seperti China Sonangol, sehingga cukup mencerminkan bahwa para developer tulen asal Tiongkok kini benar-benar telah eksis menduduki Jakarta.
Artinya, kalau pulau-pulau reklamasi di Teluk Jakarta diisukan bakal digunakan sebagai jembatan bagi orang Tiongkok masuk Indonesia, sudah tidak relevan lagi. Bahkan, para developer Tiongkok kini sudah tuntas menduduki Jakarta! ***
0 komentar:
Posting Komentar