Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

44% Warga Tak Bisa Deteksi Hoaks!

RISET DailySocial.id, blog teknologi asal Jakarta, mencatat dari 2.032 responden yang terlibat, sebanyak 44,19% mengaku tidak yakin mereka punya kepiawaian dalam mendeteksi berita hoaks. Riset ini bekerja sama dengan Jakpat Mobile Survey Palform, menanyakan tentang distribusi konten hoaks dalam platform digital. Hasilnya, masih banyak orang Indonesia yang tidak dapat mencerna informasi dengan sepenuhnya dan benar, tetapi memiliki keinginan kuat untuk segera membagikannya kepada orang lain. Padahal, beberapa informasi bisa membawa banyak interpretasi dan sudut pandang. Sayangnya, kondisi itu dengan kemudahan memakai media sosial yang gratis dan bisa diakses siapa saja, disalahgunakan pihak tertentu sebagai alat menyebar berita bohong alias hoaks yang hingga saat ini telah mencapai tahap memprihatinkan. Ada tiga aplikasi media sosial yang paling banyak digunakan untuk menyebarkan hoaks, yaitu Facebook sebesar 82,25%, WhatsApp 56,55%, dan Instagram 29,48%. Selain 44,19% warga Indonesia yang tak bisa mendeteksi hoaks, 51,03% responden lainnya memilih berdiam diri (dan tidak percaya) ketika menemukan konten hoaks. Riset ini mencatat ada 73% responden yang membaca seluruh informasi secara utuh. Namun, hanya 55% di antaranya yang selalu melakukan verifikasi (fact check) atas keakuratan informasi yang mereka baca. "Hoaks adalah suatu permasalahan yang dihadapi masyarakat, media, dan pemerintah saat ini. Untuk menanggulangi hoaks, salah satu cara yang dilakukan adalah memahami terlebih dahulu bagaimana persebaran hoaks, khususnya melalui platform sosial yang kita banyak gunakan saat ini," ujar Amir Karimuddin, Chief Editorial & Research DailySosial.id. (litbang.kemendagri.go.id) Riset ini memberi gambaran tentang bagaimana konten hoaks didistribusikan lewat platform digital, serta bagaimana masyarakat menanggapi hoaks itu sendiri. DailySocial berharap hasil risetnya kali ini bisa menjadi referensi bagi pemangku kebijakan dan pihak terkait lain untuk membantu menanggulangi hoaks atau setidaknya meminimalkan dampak informasi hoaks. Masalah hoaks di negeri kita sebenarnya karena ada pihak yang sengaja menyebarkan untuk membuat kondisi yang menguntungkan pihaknya. Malangnya, warga yang tak bisa mendeteksi hoaks menelan itu mentah-mentah sebagai kebenaran. Maka, terjadilah fenomena post truth; yang benar jadi salah dan dituduh curang, sedang yang salah dianggap benar dan dibela sampai rela mengorbankan jiwa. ***

0 komentar: