MEDIA Pemerintah RRT People's Daily menulis bahwa AS telah melakukan kesalahan dalam memilih mereka sebagai lawan perang dagang dan terus menekan mereka. Tulisan itu sebagai reaksi atas ancaman Trump bakal menaikkan tarif senilai 300 miliar dolar AS pada RRT jika Presiden Xi Jinping tak menemuinya di KTT G20 Osaka, akhir Juni. Bulan lalu AS telah memberlakukan tarif 25% atas ekspor RRT ke AS, dari sebelumnya 10% dengan total nilai 200 miliar dolar AS. Editorial media itu menuduh AS hanya terlalu fokus pada keinginan mempertahankan hegemoni ketimbang mencapai pertumbuhan. "Beberapa orang di AS berpikir bahwa era baru yang dicapai Tiongkok bakal menjadi akhir bagi mereka," tukas editorial itu dikutip South China Morning Post dan dilansir Kompas.com, Jumat (14/6/2019). "Beberapa orang dengan bodoh menekan negara seperti Tiongkok. Mereka melakukan kalkulasi bodoh dan memilih lawan yang salah di waktu yang salah pula," lanjut media itu. Mengenai ancaman Trump itu, Kepala Penasihat Ekonomi Larry Kudlow mengatakan memang tidak ada rencana untuk pertemuan itu. Namun menyiratkan Trump bakal marah jika merasa dicueki. "Presiden saya sudah menyiratkan keinginan untuk duduk dan bertemu," kata Kudlow. "Dia juga menyiratkan jika tidak ada pertemuan, bakal ada konsekuensinya." Namun People's Daily menyatakan akibat perang dagang itu, ancaman Trump kepada RRT justru bakal menghancurkan ekonomi AS dan merusak lapangan kerja. Media itu memberi contoh produk smartphone iPhone, meski didesain di AS, komponennya diproduksi di sejumlah negara Asia. Antara lain Jepang dan Korsel, dengan handset-nya dibuat di Tiongkok. Di AS sendiri, 600 perusahaan ritel, manufaktur hingga teknologi mengirim surat kepada Trump memberi peringatan tentang perang dagang untuk segera menyelesaikannya. Mereka mengatakan tarif impor yang diterapkan kepada Tiongkok bakal merusak perekonomian AS, membuat lapangan kerja bakal terancam dan merugikan konsumen. "Kita tahu penambahan tarif bisa memberikan dampak yang signifikan, negatif, dan jangka panjang terhadap jalannya bisnis di AS, juga berdampak pada para petani, keluarga serta perekonomian AS secara keseluruhan," tulis surat itu dikutip CNN (14/6/2019). "Tarif merupakan pajak yang dibayar langsung oleh perusahaan AS, bukan oleh RRT," tegas surat itu. "Naiknya tarif serta ketidakpastian negosiasi perdagangan telah membuat guncangan di pasar dan mengancam pertumbuhan ekonomi secara historis." ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar