PANGKAL masalah involusi adalah rendahnya mobilitas sosial anak petani. Mobilitas sosial adalah proses peningkatan status sosial vertikal, misalnya anak petani mentas jadi guru, PNS atau pengusaha. Selama ini ada yang mentas, tapi skalanya jauh lebih kecil dari yang tinggal. Bak bangau, sedikit yang terbang tinggi, sisanya bertahan di kubangan. Hal itu terjadi kebanyakan karena kurangnya kesempatan pendidikan di masa lalu. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Lampung yang 69,2, di bawah nasional 71,39, terjadi karena lamanya masa sekolah warga Lampung yang amat rendah, bahkan dibanding dengan provinsi lain di Sumatera. Umumnya itu akibat keterbatasan kemampuan ekonomi orang tua. Faktor pendidikan sebagai dasar pendorong mobilitas sosial memang harus diprioritaskan. Tapi itu sejajar dengan peningkatan ekonomi keluarga miskin di perdesaan. Jadi amat tepat program keluarga harapan (PKH) Pemerintah Pusat, orientasinya pada anak-anak yang sekolah dalam keluarga. Tepatnya lewat pendidikan, anak-anak petani harus didorong terbang keluar dari kubangan. Agar, beban lahan pertanian terhadap jumlah penduduk yang dipikulnya terus berkurang. Untuk itu, komitmen terhadap pembangunan pendidikan mutlak harus totalitas, seperti yang dicontohkan Presiden Jokowi dengan menetapkan anggaran pendidikan pada APBN 2019 sebesar Rp492,55 triliun. Setidaknya, pemprov, pemkab, dan pemkot memenuhi ketentuan 20% dari APBD-nya untuk dana sektor pendidikan, melengkapi berbagai program pusat (PKH, dana BOS, beasiswa murid tak mampu dan lainnya). Selanjutnya, konsisten untuk meningkatkan IPM mencapai rata-rata nasional, prioritas pada sektor kesehatan bukan cuma retorika saat pilkada. Kalau Pemerintah Pusat telah melunasi iuran tahunan JKN 96,8 juta orang warga miskin, selain pembangunan berbagai fasilitas kesehatan, pemprov, pemkab, dan pemkot layak fokus menangani ibu dan anak untuk menurunkan angka kematian bayi dan ibu melahirkan, serta menciptakan angka nol stunting. Terakhir peningkatan pendapatan masyarakat lapisan di bawah garis kemiskinan, sesuai dengan tiga sendi IPM: pendidikan, kesehatan, pendapatan. Untuk itu, tak perlu banyak hal harus dilakukan. Bandingannya Bani Israel yang diburu Nazi Jerman sampai Palestina tinggal kolor. Mereka ditampung di Kibutz, tempat pemberdayaan dengan berbagai kegiatan produktif, sampai akhirnya ekonomi mereka bangkit. Bahkan, dana dari Kibutz itu yang kemudian menguasai pasar saham dunia. *** (Bersambung)
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar