DI tengah meningkatnya ketidakpastian global dengan meluasnya perang dagang AS-RRC ke AS-Meksiko dan ruwetnya Brexit hingga PM Theresa May mundur, peringkat daya saing global Indonesia justru melonjak 11 tingkat dari peringkat 43 pada 2018 menjadi peringkat 32 pada 2019. Lonjakan peringkat daya saing Indonesia itu diumumkan di Lousanne, Swiss, 28 Mei 2019, oleh International Institute for Management Development (IMD), dengan penegasan lonjakan tersebut tertinggi di Asia-Pasifik. Menurut IMD, Indonesia merupakan negara dengan kenaikan daya saing terpesat di kawasan Asia. Ini terjadi berkat peningkatan efisiensi di sektor pemerintahan, perbaikan infrastruktur dan kemudahan berusaha. Seiring itu, melengkapi kado Lebaran buat bangsa Indonesia, lembaga pemeringkat investasi global Standard & Poor's menaikkan Indonesia satu tingkat lagi di atas investment grade dari BBB-yang telah diberikan Mei 2017, menjadi BBB dengan outlook stabil. Peningkatan serentak peringkat daya saing dan peringkat investasi tersebut merupakan pengakuan masyarakat internasional terhadap sehatnya perekonomian Indonesia berdasar bukti berupa data-data nyata ditinjau lewat kriteria-kriteria universal, dan itu membawa dampak positif secara langsung terhadap perekonomian Indonesia. Rupiah yang pada akhir Mei masih tertekan di kisaran Rp14.400/dolar AS, dalam sepekan pada Sabtu (8/6:09.00) menguat sekitar 2% ke posisi Rp14.222/dolar AS. Diharapkan, jika ekses perang dagang tak memburuk amat, rupiah bisa tembus di bawah Rp14 ribu/dolar AS pada medio Juni. Demikian pula halnya, dampak positif langsung terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada Sabtu (1/6) ditutup pada level 6.209,12, naik 2,5% dibanding penutupan pekan sebelumnya. Pada periode sama, kapitalisasi pasar BEI juga naik 2,59% menjadi Rp7.071,08 triliun dari Rp6.892,45 triliun. Bahkan, rata-rata nilai transaksi harian BEI melesat 51,44% menjadi Rp11,54 triliun dari pekan sebelumnya Rp7,62 triliun. (Bisnis.com, 1/6) Lebih menarik lagi, kondisi positif ekonomi Indonesia pada Ramadan itu menurut survei pemantauan harga BI di akhir Mei 2019 hanya terjadi inflasi 0,47% (mtm) atau 3,1% (yoy). Sedangkan dana asing yang masuk sejak awal 2019 sampai akhir Mei mencapai Rp112,98 triliun. Itu terdiri dari Rp56,01 triliun ke obligasi dan Rp57,48 triliun ke saham. (Kompas.com, 31/5) Dari semua itu, tampak ekonomi Indonesia sehat dan maju. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar