Artikel Halaman 09, Lampung Post Minggu 09-05-2021
Air Minum 7 dari 10 KK
Tercemar Bakteri E-coli!
H. Bambang Eka Wijaya
STUDI utama kualitas air minum rumah tangga tahun 2020 menemukan 7 dari 10 rumah tangga (KK) di Indonesia mengonsumsi air minum yang terkontaminasi atau tercemar bakteri Escherichia coli (E-coli).
Hal itu disampaikan Kepala Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan, Doddy Izwardy dalam diskusi bertajuk Diseminasi Hasil Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga Tahun 2020. (Sains.Kompas.com, 30/4/2021)
Dia jelaskan, sarana air minum warga banyak terkontaminasi bakteri E-coli, bakteri yang hidup dalam usus manusia untuk menjaga kesehatan sistem percernaan.
Meskipun baik untuk menjaga kesehatan sistem pencernaan, beberapa jenis bakteri E-coli justru bisa menyebabkan penyakit infeksi seperti infeksi pada kantung empedu, saluran kemih, selaput otak, paru-paru, dan saluran pencernaan.
Melihat kenyataan itu, Doddy secara sadar teringat pada salah satu penyakit yang sering dialami balita Indonesia, yakni stunting.
"Saya jadi teringat, 1 dari 3 anak Indonesia menderita stunting. Ini hubungamnya dengan sanitasi (kualitas air bersih) sangat erat," kata Doddy,
Doddy pun memaparkan jenis-jenis sarana air yang banyak digunakan untuk minum oleh masyarakat Indonesia.
1. Air isi ulang (31,1%); 2. Sumur gali terlindungi (15,9%); 3. Sumur bor pompa (14,1%); 4. Air ledeng atau perpipaan (13,1%); 5. Air kemasan bermerk (10,1%); 6. Mata air terlindungi (4,2%); 7. Sumur gali tidak terlindungi (3,8%); 8. Mata air tak terlindungi (2,5%); 9. Penampungan air hujan (2,3%); 10. Air dibeli eceran (1,4%); 11. Terminal air (0,3%); 12. Air permukaan (0,6%).
Dari hasil studi selama masa Pandemi, Doddy mengemukakan tiga hal yang menarik untuk dipelajari.
Pertama, air sumur gali risiko tercemarnya sangat tinggi. Ada sekitar 14,8% rumah tangga di Indonesia mengonsumsi air sumur gali untuk keperluan makan dengan tingkat risiko cemaran tinggi dan amat tinggi.
Kedua, air pupa risiko tercemar tinggi. Data kedua yang harus dipelajari dan dicari solusinya adalah mengenai sekitar 10,6% rumah tangga yang mengakses air melalui saluran pipa, tetapi ternyata memiliki tingkat risiko cemaran tinggi.
Ketiga, mata air risiko cemaran tinggi. Ada sebanyak 10% rumah tangga di Indonesia yang menggunakan mata air untuk keperluan minum dengan tingkat risiko cenaran yang tinggi. "Nah ketiga ini yang menjadi fokus kita," ujarnya.
Keberadaan dan kualitas air nenjadi tolak ukur paling penting dalam membangun generasi yang sehat. ***
0 komentar:
Posting Komentar