Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Disorientasi Antarorgan Negara!


"PERLU diagnosis komprehensif dan tuntas, sakit apa sebenarnya negara kita sekarang ini!" ujar Umar. "Konflik 'patah arang' terjadi antarorgan negara: rakyat yang diberi label 'publik' dengan lembaga formal kekuasaan negara--polisi, jaksa, DPR (Komisi III). Publik ngotot harus ngalor, polisi, jaksa, dan DPR memaksa bangsa harus ngidul!"

"Itu menunjukkan bangsa ini sedang mengalami disorientasi, atau lazim disebut split personality!" sambut Amir. "Kalau satu bagian tubuh memaksa ngalor sedang bagian lainnya ngotot ngidul, kasihan tubuh bangsa, bisa terkoyak! Karena itu, perlu diperingatkan dengan keras pada kedua pihak, selain kalau tak segera diobati akibatnya bisa sangat buruk, split personality sejenis penyakit jiwa--artinya, bangsa ini mengidap gejala gila!"



"Meski begitu, untuk sementara ini kita bersyukur Presiden SBY berhasil menganalisasi eskalasi emosi publik dengan membentuk Tim 8, sehingga gejala ketegangan yang mulai meluas di jalanan kota-kota Indonesia berhasil diredam dengan upaya personifikasi publik pada figur Tim 8!" tegas Umar. "Dengan begitu, seperti terlihat di pentas konflik, wayang yang berhadap-hadapan kini cukup Tim 8 lawan polisi, jaksa dan DPR! Cuma, kalau rasa keterwakilan publik pada Tim 8 itu pudar, seperti akibat kalah dalam legal-formal dengan polisi, jaksa dan DPR, riwayat peran Tim 8 sebagai peredam goncangan bisa tamat! Apa artinya? Publik terlepas kembali dari kohesivitas peran Tim 8, menjadi kelompok-kelompok bebas yang memaksa bangsa ini untuk ngalor!"

"Kalau hal itu sempat terjadi, variabel materi atau pasal penyulut konflik akan terpecah dalam detail yang berserak di seputar konflik KPK-Polri dan jaksa!" timpal Amir. "Ada yang berkobar dengan kasus Bibit-Chandra, ada menekan ke kasus Bank Century yang disebut-sebut jadi penyebab konflik KPK-Polri, tak bisa dihindari pula kalau ada yang masuk dari Anggodo, yang dalam pemutaran sadapan KPK di MK terkuak jelas sebagai makelar kasus dengan berbagai kesalahan lain tapi tetap tak tersentuh hukum!"

"Mendingan kalau Anggodo itu putra Subali dari Poncowati, tokoh dalam lakon Ramayana, jika publik marah yang jadi sasaran cuma beruk berbulu merah, representasi Anggodo putra Subali!" entak Umar "Harus diwaspadai kalau tokoh antagonis yang untouchable itu bukan putra Subali dalam lakon Ramayana!"

"Pokoknya, diagnosis komprehensif yang tuntas atas penyakit bangsa ini harus segera siap, agar terapinya bisa segera diterapkan begitu masa tugas Tim 8 selesai Senin depan dan tim itu dibubarkan--tak ada lagi representasi publik yang bisa meredam eskalasi gerakan publik!" tegas Amir. "Tak bisa dibayangkan apa yang bisa terjadi ketika jutaan rakyat berlabel publik memaksa bangsa yang split personality untuk ngalor!" ***


0 komentar: