Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Polri Buat Perimbangan Informasi!


"POLRI menggelar konferensi pers untuk membuat perimbangan informasi, baik atas pencabutan BAP Wiliardi Wizard maupun sebagai pembuktian tidak ada kriminalisasi atas pimpinan KPK dilakukan polisi!" ujar Umar. "Wartawan diminta menilai sendiri video yang diputar, tanpa tanya-jawab. Video memperlihatkan Wiliardi merokok santai saat diperiksa, untuk membantah adanya tekanan seperti dia sebut di pengadilan! Lalu gambar Antasari ke KPK untuk mengkloning isi laptop dinasnya, dan bicara dia siap menamatkan KPK!"

"Saya juga nonton konferensi pers itu!" sambut Amir. "Akibat dibatasi tanpa tanya-jawab, justru pertanyaan wartawan yang minta jaminan video itu tidak dipotong-potong, tidak dapat jawaban! Padahal, setiap potongan gambar punya konteks, misalnya, dalam konteks apa atau pertanyaan bagaimana Antasari bicara seperti itu!"

"Amat dihargai polisi memberi perimbangan informasi, terserah wartawan dan masyarakat menilainya sendiri! Itu hal penting dalam era keterbukaan, hingga semuanya jelas tak ada yang ditutup-tutupi lagi!" tegas Umar.

"Meski buktinya, reaksi publik segera nyargin menyebut pengakuan Wiliardi di bawah sumpah lebih bisa dipercaya daripada tayangan gambar oleh Polri itu--terlihat pada Suara Anda di Metro TV!"

"Artinya, usaha polisi memperbaiki citra di mata publik, hasilnya justru sebaliknya!" timpal Amir. "Mungkin, polisi perlu menyadari apa sebenarnya yang sedang menggelinding di balik kasus demi kasus yang semakin ruwet itu! Yakni, mindset publik yang lebih dahulu didominasi virus kepercayaan yang rendah kepada polisi! Virus yang merebak lewat opini publik itu, perlu vaksin untuk melumpuhkan, tak cukup hanya kontraisu yang terbukti cuma menambah kebal virusnya!"

"Dengan metafora virus pada opini publik, berarti harus kembali ke hukum alam dalam membuat vaksin, yakni mengkloning virus itu sendiri dengan proses degenerasi, agar virus itu jadi lemah dan kemudian tak berdaya setelah berbiak bersama vaksin!" tegas Umar. "Itu yang ditempuh Presiden SBY dengan membuat vaksin TPF, yang terbukti begitu TPF bekerja demam tinggi di jalanan kota-kota besar oleh demo yang mulai bakar-bakaran ban mereda perlahan! Itu karena tekanan virus dinetralkan TPF, hingga tekanan panas dalam opini publik menurun!"

"Pokoknya Presiden SBY piawai, bisa menetralkan tekanan opini publik yang sudah nyaris meletus itu dengan TPF!" timpal Amir. "Tapi kenapa polisi, jaksa, dan DPR (Komisi III) tidak belajar dari presiden, tidak mencari benefit dari vaksin yang dibuat presiden dan telah terbukti berhasil meredam tekanan opini publik itu, tetapi malah memperkuat antibodi melawan vaksin--tubuh bangsa jadi alergi, akibat kontraindikasi antibodi poisi, jaksa dan DPR dengan vaksin presiden!".

0 komentar: