Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

‘Xenolatri’, Pilihan Bangsa Terpuruk!


"FC Barcelona kalah dari Inter Milan kok kau yang uring-uringan, semua jadi serbasalah bagimu?" tegur nenek. "Kalau yang kalah itu Tim Nasional Indonesia, nenek bisa mengerti!"

"Tim nasional? Mana mungkin masuk semifinal Piala Champions Eropa!" sergah cucu.

"Lagi pula, bukan cuma aku yang kesal Barca kalah! Juga banyak warga negeri kita kesal akibat MU gagal!"
Nenek terkesiap. "Kenapa warga bangsa kita jadi xenolatri--gandrung, mencintai, membanggakan, bahkan memuja yang asing?" tukasnya kemudian.



"Karena tak ada yang bisa dibanggakan di negeri sendiri!" timpal cucu. "Dan itu bukan hanya dalam sepak bola! Di politik, semakin banyak anggota parlemen masuk bui! Di bidang hukum, polisi, jaksa, dan hakim terlibat mafia hukum, dicopot dari jabatannya! Di keuangan, pencolengan pajak merajalela--setelah kasus Gayus, terbongkar lagi di Surabaya dalam skala lebih fantastis--ironisnya itulah hasil nyata remunerasi di Departemen Keuangan yang menghabiskan belasan triliun pinjaman dari Bank Dunia! Bagaimana mungkin kami dipaksa untuk membanggakan semua itu?"

"Aku juga ogah membanggakan realitas bangsa yang terpuruk itu!" tegas nenek. "Tapi, xenolatri sebagai pilihan bangsa terpuruk bisa berakibat lebih buruk! Karena, xenolatri merasuki warga bangsa terpuruk dengan impian dan ekspektasi yang melambung terlalu tinggi, tidak realistis! Jadi tidak kontekstual, terlalu jauh dari kemampuan dirinya sendiri pun! Parahnya, dengan begitu ia enggan pula jadi bagian dari solusi mengatasi keterpurukan bangsanya--malah cuma gemar menuding yang jelek melulu! Akibatnya usaha perbaikan urang dukungan semangat dan daya, hingga 'bisul' di tubuh bangsa yang justru meletus beruntun--masalah baru berkejaran muncul!"

"Meski terdengar banyak benarnya, pandangan nenek itu xenofobia, takut pada yang asing!" timpal cucu. "Padahal xenolatri itu sebaliknya, membuka cara berpikir lebih luas, hal-hal asing didamba menginspirasi untuk tidak hidup seperti katak di bawah tempurung! Bayangkan kalau tak ada xenolatri sebagai sarana melihat keluar tempurung, semua realitas terpuruk malah dipuja sebagai yang ideal! Contohnya dalam sepak bola, pengurus PSSI justru mengklaim prestasi sekarang ini yang terbaik sesuai sistem! Lalu, semua usaha berbuat benar guna melakukan perbaikan menjadi sia-sia! Begitu pula dalam hukum, Susno yang berusaha berbuat benar malah dipojokkan--dengan alasan usaha baiknya itu dilakukan di luar sistem! Jadi jangan salahkan xenolatri, tapi pangkal semua masalah justru pada keterpurukannya yang sistemik!" ***

0 komentar: