Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Yang Terperosok di Lubang Sama!


"APA benar, keledai tak terperosok di lubang yang sama dua kali?" tanya cucu.

"Itu hanya peribahasa!" jawab Nenek. "Artinya, binatang yang paling dungu pun tak mengulangi kesalahan yang sama! Tapi sesungguhnya, keledai hewan paling bandel! Ditarik ke depan dia mundur, didorong ke belakang justru maju!"

"Kalau keledai begitu dungu dan bandel, kenapa dalam peribahasa itu dikesankan keledai pintar dan mau belajar dari pengalaman?" kejar cucu.

"Agar manusia yang punya akal sehat tak bersikap dan bertindak lebih dungu dan lebih bandel dari keledai! Belajarlah dari pengalaman, guru paling bijaksana!" tegas nenek. "Tak jauh dari situ harapan Kapolri Bambang Hendarso Danuri pada segenap jajaran Polri dengan masalah yang terjadi di Bareskrim sekarang, terkait kasus mafia pajak Gayus Tambunan! Agar peristiwa ini jadi proses pembelajaran, ke depan jangan terperosok lagi di lubang yang sama!" (Kompas, [3-4]).



"Untuk itu peribahasanya harus diubah, tidak terperosok ke lubang yang sama tiga kali!" timpal cucu. "Nenek pura-pura lupa, sebelum ini jajaran Bareskrim--dari Kepala (Suyitno Landung), Direktur II (Samuel Ismoko), dan Kanit II (Irman Santosa)--pernah terperosok kasus pembobolan BNI, hingga kena pidana berjenjang dari 18 bulan, 20 bulan, dan 2 tahun! Jadi, kasus mafia pajak ini terperosok yang kedua bagi jajaran Bareskrim!"

"Berarti cukuplah dua kali terperosok, jangan sampai tiga kali!" tukas nenek. "Hal itu tentu tak hanya berlaku bagi perorangan atau satuan tugas, juga bukan cuma Bareskrim, tapi segenap jajaran Polri! Bukan pula di lubang yang sama bergantian! Jadi, seperti dinyatakan Kapolri, menjadi pembelajaran bersama seluruh slagorde Polri!"

"Untuk itu, dimulai dari bagian atasan membuat contoh positif, tidak mewajibkan bawahannya memberi setoran, artinya membuktikan sistem setoran dari bawahan ke atasan tak dikenal dalam tubuh Polri!" timpal cucu. "Sebaliknya, karena gaji bawahan relatif kecil, atasan yang bermurah hati berusaha menyejahterakan jajaran bawahannya!"

"Lebih dari itu, selain bersikap profesional dalam hierarki atasan-bawahan, semangat kebersamaan (solidaritas korps) dengan saling mengingatkan untuk menjaga nama baik korps, terus ditumbuhkembangkan!" tegas nenek. "Artinya, atasan tak harus arogan dengan menolak saran atau sapaan mengingatkan dari bawahan, karena kebaikan bisa datang dari mana saja! Masalah sering timbul hanya karena atasan merasa superman, membuat bawahan jadi inferior, kesalahan pun berulang, dan kian dalam! Ini yang mengakibatkan atasan gantian terperosok di lubang yang sama!"

0 komentar: