Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Lelah Dieksploitasi Diterkam Macan!


"NASIB Tim Nasional (Timnas) Sepak Bola Indonesia Piala AFF 2010 di ujung tanduk, kalah 0-3 dari Malaysia!" ujar Umar. "Meski jago kandang, untuk mencetak empat gol dalam final tidaklah semudah di babak penyisihan ketika menaklukkan Malaysia 5-1. Bahkan memasukkan empat gol pun, jika dibalas satu gol saja Malaysia jadi juara dengan gol tandangnya!"

"Di lapangan terlihat, timnas bertanding dalam kondisi kelelahan usai dieksploitasi kepentingan politik dengan diboyong kian kemari sebelum berangkat ke Malaysia! Timnas tampil tidak maksimal dalam segala hal, hingga jadi mangsa empuk diterkam Macan Malaka!" timpal Amir. "Akibatnya, dari posisi top team calon juara tak terkalahkan sejak lima pertandingan menuju final, kini berbalik jadi underdog di sesi kedua final—yang beban mentalnya justru jauh lebih berat!"


"Karena itu, prioritas dalam persiapan tanding final sesi dua di Stadion Gelora Bung Karno adalah melepas semua beban mental para pemain agar bisa bermain lebih maksimal!" tegas Umar. "Hal terpenting untuk itu mereduksi euforia berlebihan dari semua pihak, dengan memberi kesempatan konsentrasi penuh pada timnas mempersiapkan diri menghadapi penentuan terakhir! Artinya, timnas dikarantina sepenuhnya dari hiruk-pikuk polemik yang tak mengubah apa pun dari kenyataan tertinggal selisih gol 0-3."

"Di balik itu, kita tak bisa menyalahkan realitas euforia berlebihan di tengah masyarakat atau hyper reality media massa dalam menyambut kemenangan beruntun dengan skor aduhai timnas dari penyisihan hingga semifinal Piala AFF 2010," timpal Amir.

"Itu terjadi karena bangsa Indonesia sedang ketiadaan atas sesuatu atau seseorang yang bisa dijadikan kebanggaan nasional! Dalam dahaga yang tak tertahankan atas kebanggaan nasional itu, hadir prestasi timnas sepak bola bahkan dengan daya pukau permainan yang diimpikan pecandu si kulit bundar! Akibatnya, meski prestasi masih prematur, ia seperti lubang kecil di dinding ruangan gelap dan pengap—memancarkan sekilas cahaya harapan diiringi angin segar bagi hadirnya sebuah kebanggaan nasional!"

"Kini, peluang mempertahankan lubang kecil di dinding itu tipis sekali! Bukan berarti tak lagi ada harapan, tapi diperlukan keberuntungan jauh lebih besar dari yang diperoleh sebelumnya!" tegas Umar. "Untuk itu tak ada usaha yang bisa dilakukan bangsa ini kecuali berdoa, tetap diberi lubang kecil harapan itu agar tak kembali tersekap dalam ruang gelap dan pengap tanpa memiliki suatu apa pun sebagai kebanggaan nasional!" ***

0 komentar: