Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Mobil ‘Odong-Odong’ Pakai Pertamax! (2)


"KENAIKAN nyata pengeluaran untuk bensin mobil odong-odong kita Rp2.400 per liter, sehari 10 liter atau Rp24 ribu, sebulan 25 hari sekolah Rp600 ribu! Mampus kita!" entak Temin. "Lebih besar dari penghasilan bulanan kita! Artinya, kalau tak kita naikkan tarif bulanan, kita rugi!"

"Kalau dinaikkan, sebagian besar pelanggan pasti mundur!" timpal Teman. "Sekarang saja dengan Rp150 ribu per anak sebulan sudah berat, lebih-lebih yang anaknya lebih dari satu! Jika dinaikkan sebesar kenaikan bensin lebih 50%, bisa bubar pelanggan! Tak dinaikkan, mustahil!"


"Jadi, tak dinaikkan kita rugi, dinaikkan pelanggan bubar dan kita bangkrut!" tegas Temin. "Tampak kebijakan menghapus subsidi BBM untuk semua mobil pelat hitam itu sama sekali tak ada baiknya buat kita, rakyat! Belum lagi dampak kenaikan BBM lebih 50% itu pada kenaikan harga barang, membuat daya beli rakyat turun drastis! Pasti meningkatkan derita rakyat yang sekarang saja sudah berat memenuhi kebutuhan hidupnya!"

"Paling terpukul dampak kenaikan BBM pada kenaikan harga itu kaum buruh!" timpal Teman. "Sudahlah UMR untuk 2011 sengaja ditetapkan di bawah KHL (kebutuhan hidup layak) yang berarti standar hidup buruh memang dipatok untuk tak bisa hidup layak, penyesuaian upah buruh baru bisa dilakukan sesuai jadwal, akhir tahun depan! Tak ayal, sepanjang 2011 penderitaan buruh bisa mencapai titik kulminasi!"

"Akibat melemahnya daya beli rakyat yang fatal itu, industri domestik terpukul ganda—turunnya penjualan dan naiknya biaya operasional!" tegas Temin. "Banyak pabrik bakal sekarat, menyulut PHK massal! Nilai lebih penghapusan subsidi BBM pada APBN jadi amat kecil artinya dibanding bencana sosial yang disulutnya!"

"Meningkatnya biaya operasional industri ekspor juga memperlemah daya saing di kancah global! Sementara para pesaing utama, China dan India, semakin efisien!" timpal Teman. "Tak terelakkan, semua sendi perekonomian bangsa terimbas! Lantas, buat apa kebijakan yang cuma serba negatif dampaknya itu dipaksakan?"

"Hanya demi arogansi kekuasaan, unjuk kekuatan pemerintah yang menguasai lebih 75% suara di parlemen bisa berbuat sesukanya!" tegas Temin. "Seperti perlawanan rakyat mempertahankan keistimewaan DIY, disepelekan pemerintah karena pasti dengan mudah dikalahkan di parlemen! Juga dalam penghapusan subsidi BBM mobil pelat hitam, takkan ada yang bisa membendung di parlemen—lembaga wakil rakyat yang sering lupa pada nasib rakyat yang diwakilinya!" *** (Habis)

0 komentar: