Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Gizi Buruk 2011,Buah Indonesia Sehat 2010!

"MUNCULNYA kasus gizi buruk di Lampung dengan tewasnya Susanti di RSUD Z.A. Pagaralam Way Kanan (Lampost, 8-2) awal 2011, menjadi ironi program Indonesia Sehat 2010 yang dilaksanakan sepanjang dekade awal abad 21 ini!" ujar Umar. "Mungkin itu terjadi akibat program Indonesia Sehat 2010 hanya digesa di sektor kesehatan, padahal masalah kesehatan tak bisa dilepaskan dari faktor sosial-ekonomi dan sektor-sektor lain!"

"Tak kalah penting bidang budaya, terkait pola hidup!" timpal Amir. "Realitas gizi buruk (busung lapar) sebagai buah program Indonesia Sehat 2010 jelas memprihatinkan karena secara budaya dalam pola hidup sang brokrat busung lapar itu dianggap soal biasa hingga tak membuatnya risi meski itu tanggung jawab yang tak dipenuhinya!"

"Bisa beri contoh birokrat seperti itu?" kejar Umar.

"Contohnya seorang pasien perutnya gembung ditanya dokter, 'Apa tak ada nafsu makan?' Dijawab pasien, 'Kalau nafsu makan luar biasa besarnya! Cuma yang mau dimakan, tak ada!" tutur Amir. "Kenapa tak ada yang dimakan, kan ada jatah raskin!' timpal dokter. "Walah Dokter, jatah raskin untuk bulan lalu saja sampai hari ini belum diterima! Apa Dokter tak baca koran?' tukas pasien. Itu contoh pola hidup birokrat yang menganggap enteng orang melarat, sehingga menangani jatah raskin sering terlambat, tak peduli perut si miskin tak bisa menunggu! Dokter menukas, kalau perut warga miskin terutama

balitanya banyak yang gembung berkepanjangan seperti ini, bisa menyulut bencana gizi buruk!"

"Gizi buruk 2011 yang muncul di Lampung sebagai antiklimaks Program Indonesia Sehat 2010, selain tak harus dilihat hanya sebagai kelemahan aparat sektor kesehatan, dukungan sektor-sektor lain juga tak cukup diukur sekadar nilai material atau rupiah bantuan yang dikucurkan, tapi juga harus dilihat dari dimensi budaya pola hidup birokratnya dalam menangani bantuan tersebut!" tukas Umar. "Kalau sekadar mencurahkan materi atau uang sudah merasa cukup, tak beda memberi rumput pada sapi, tak ada dimensi budayanya karena tanpa sentuhan kemanusiaan! Karena dengan begitu ia tangani si miskin tanpa tanggung jawab untuk sukses tugasnya demi rasa kasih sayang pribadinya kepada warga miskin yang perbaikan nasibnya diamanatkan negara ke pundaknya!"

"Padahal biasanya penguasa, asal sudah menyiapkan dana program kemiskinan—memadai atau tidak—merasa selesai tanggung jawabnya!" timpal Amir. "Kalau muncul kasus gizi buruk, yang disalahkan pola hidup si miskin, meski penyebab sebenarnya pola hidup birokratnya!" ***

0 komentar: