DIBERI ibunya sarapan mi instan, Umar yang baru semalam tiba di kampung menggerutu,
"Dari kota sudah membayangkan bangun pagi di desa sarapan getuk dengan kopi tubruk, malah jumpa yang sudah bosan kita santap sehari-hari di kota!"
"Ssstt..!" sambut Amir yang menemani Umar ke kampung. "Subuh tadi kudengar ibumu mengetok warung sebelah, untuk menyiapkan sarapan yang istimewa menyambut kepulanganmu!"
"Tapi apa jadinya negeri kita kalau warga desa sudah meninggalkan singkong dan ketan sebagai sarapan, malah ikut sarapan berbahan gandum alias terigu!" entak Umar.
"Sekarang saja impor gandum kita sudah 5,8 juta ton per tahun, setara empat juta ton terigu!"
"Kalau gandum kita impor masih wajar, karena gandum tanaman subtropis belum bisa ditanam di negeri kita!" sambut Amir. "Yang gila ternyata kita impor garam, padahal kita negeri kepulauan dengan pantai mengitari setiap pulau! Wajarnya, Indonesia jadi eksportir garam terbesar di dunia!"
"Tapi kenyataan justru sebaliknya, Indonesia yang berpenduduk terbesar keempat dunia ini malah jadi importir garam terbesar dunia!" tukas Umar. "Dari kebutuhan untuk konsumsi dan industri nasional tiga juta ton per tahun, pada 2010 PN Garam hanya memproduksi 23 ribu ton, sedang sisanya sebesar 2,976 juta ton dipenuhi garam impor dari Australia dan India!" (Kompas, 14-2)
"Begitulah! Apa pun alasannya, kalau produksi PN Garam tak sampai satu persen dari kebutuhan nasional, lantas produksi garam rakyat kalaupun ada kecil sekali dibanding impor, pasti ada yang tak beres!" timpal Amir. "Misalnya, dengan harga garam Australia Rp800/kg, dan garam India Rp650/kg, garam rakyat dipatok Kepmendag No. 21/2007 untuk kualitas satu Rp325/kg, kualitas dua Rp250/kg. Apa artinya itu, entahlah! Ayo kita makan tempe dan tahu gorengnya!"
"Tunggu dulu!" potong Umar. "Tahu dan tempe ini meski makanan sehari-hari bangsa kita, kedelai bahannya sebagian besar kita impor juga! Menurut catatan Sucofindo, dari Januari sampai Agustus 2010, impor kedelai kita 1.243.400 ton! Kalau kuartal terakhir trennya sama, berarti satu tahun impor kedelai kita sekitar dua juta ton!"
"Lo kok nasinya tak disentuh?" tegur ibu Umar.
"Kini makan nasi juga harus dikurangi, Bu!" jawab Amir. "Karena impor beras kita sudah terbesar di dunia, 1,2 juta ton sampai 1,5 juta ton per tahun!"
"Itu belum cukup! Kini bersiap menggenjot impor gula!" timpal Umar. "Kian kuatlah posisi Indonesia sebagai negara agraris yang jadi pengimpor hasil-hasil pertanian terbesar di dunia!" ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Selasa, 15 Februari 2011
Importir Terbesar Gandum, Garam, Kedelai, dan Beras!
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar