Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Panen Tiba, Harga Gabah pun Jatuh!


"MUSIM panen tiba, kenapa malah pulang dengan wajah cemberut?" tanya istri.

"Biasa! Saat panen harga gabah jatuh! Nanti di masa paceklik, saat kita harus beli beras, harganya malambung lagi!" jawab suami. "Gabah kering panen (GKP) yang semula Rp3.600 per kg, kini jadi Rp2.800 per kg! Minggu depan saat kita panen jangan-jangan turun lebih rendah lagi!"

"Kalau menjualnya ke Talangpadang?" kejar istri.

"Harga di Gunungalip selalu sama dengan di Talangpadang maupun Kotaagung!" jawab suami. "Itu menguntungkan petani kawasan ini, karena beras Talangpadang punya standar kualitas yang terkenal di Provinsi Lampung sehingga sejatuh-jatuhnya harga selalu tetap di atas HPP—harga pembelian pemerintah—kini Rp2.500 per kg!"


"Kalau bisa bertahan di atas HPP lumayan karena harga cabai merah sekali jatuh telak sekali!" timpal istri. "Di Lampung Selatan, kata tetangga, cabai merah keriting yang pekan lalu masih Rp40 ribu per kilo, pekan ini sudah jadi Rp15 ribu per kg. Tapi di Bandar Lampug masih Rp30 ribu per kg, dan di sini yang dekat Gisting, daerah produsen cabai, masih Rp25 ribu per kg!"

"Mungkin di Lampung Selatan ada kelebihan produksi lokal!" tukas suami. "Padahal Lampung Selatan terdekat untuk menyeberang ke Jakarta!"

"Pada hari-hari itu antrean truk di Bakauheni kan sampai lebih lima kilometer! Kalau dipaksakan untuk dibawa ke Jakarta, cabainya bisa busuk!" timpal istri. "Jangan-jangan yang diobral Rp15 ribu per kg itu cabai yang bisa busuk kalau dibawa ke Jakarta karena truknya macet empat hari!"

"Itu risiko pedagang! Tapi bahwa harga cabai saat panen juga akan turun seperti gabah, tak aneh!" tegas suami. "Masalahnya, bagaimana harga produk pertanian bisa stabil di semua musim—terutama di masa panen—agar panenan bisa dinikmati petani!"

"Untuk bisa begitu diperlukan pemerintahan yang orangnya pintar, tak cuma pintar ngomong, tapi mewujudkan janji dan rencana jadi kenyataan!" timpal istri. "Seperti di Jepang, kata adik tetangga yang baru pulang dari sana, harga beras stabil dari tahun ke tahun 300 yen per kg sehingga petani bisa menikmati hasilnya!"

"Memang kita perlu orang pintar untuk itu! Seperti pengadaan garam dengan produk lokal!" tegas suami. "Untuk kebutuhan garam nasional tiga juta ton setahun, pada 2010 kita impor 2,976 juta ton, alias 99 persen lebih! Itu terjadi di negeri kepulauan, pantainya cukup untuk produksi garam! Tapi tak ada orang cukup pintar yang mengatur di pemerintahan, begitulah jadinya!" ***


0 komentar: