"SATU juta rakyat Mesir berhimpun di lapangan At-Tahrir, Kairo, Selasa (1-2), dalam gerakan people power menjatuhkan Presiden Hosni Mubarak yang berkuasa sebagai tiran sepanjang 30 tahun!" ujar Umar. "Jumlah massa yang besar juga berhimpun di kota-kota besar Mesir, Alexandria, Ismailia dan lain-lain, mendukung people power yang telah berlangsung sejak 25 Januari, menewaskan lebih 150 demonstran, 4.000-an luka, 500-an hilang!"
"Bisakah people power menjatuhkan sang diktator Hosni Mubarak?" timpal Amir.
"Masalahnya, sejak Anwar Sadat dan Menachem Begin diperkuat Jimmy Carter menandatangani perjanjian Camp David 1978, kekuasaan status quo Mubarak selaku penerus Sadat selalu dalam 'perlindungan' Israel dan Amerika Serikat—AS! Lebih lagi di era Obama, yang memilih Kairo sebagai tempat pertama ia bicara kepada dunia Islam selaku Presiden AS! Artinya, meski juru bicara Gedung Putih membuat pernyataan mendukung perjuangan rakyat Mesir, di balik layar terjadinya double standard pihak AS untuk tetap mendukung kepentingan Israel agar Mubarak tak jatuh, bukan hal aneh!"
"Menurut pengalaman awal kemerdekaan Israel dideklarasikan Prancis, Inggris, dan AS (1947), lalu satu juta pemuda Arab menduduki kawasan yang disebut sebagai wilayah Israel itu di bawah komando Hasan Al Banna, AS membuat ultimatum pada Pemerintah Mesir untuk menarik pemuda Arab dari wilayah Israel!" tukas Umar. "Kemudian, atas konspirasi Israel dan sekutunya, Al Banna dan sederet elite Ikhwanul Muslimin tewas dalam serangkai pembunuhan politik! Faktor AS-Israel itu justru yang membuat rezim Mubarak selama berkuasa amat sadis dalam menangani lawan-lawan politiknya—terbersit dalam novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburachman El Shirazy! Faktor ini pula yang membuat proses konsolidasi gerakan people power lambat dalam memunculkan tokoh-tokoh alternatif calon pemimpin baru negerinya!"
"Selain faktor AS-Israel di belakang Mubarak, serta kurangnya tokoh alternatif dalam kepemimpinan gerakan, juga tidak setiap people power berhasil menjatuhkan rezim yang dilawannya!" tegas Amir. "Contohnya people power Kaus Merah, satu bulan menguasai pusat kota Bangkok dan bandara, gagal menjatuhkan penguasa militer, bahkan disapu bersih militer! Ini tak boleh diremehkan, bisa jadi model bagi penguasa untuk menggilas people power dengan kekerasan militer!"
"Tapi beda Mesir yang telanjur jatuh banyak korban tewas!" timpal Umar. "Kekerasan militer bisa mempercepat kejatuhan Mubarak, yang telah menggunakan itu sepanjang 30 tahun menindas warga sipil!" ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Selasa, 01 Februari 2011
'People Power' Menjatuhkan Hosni Mubarak!
Label:
Kairo,
People Power
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar