Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Aksi Kerah Putih Makin Ramai Saja!


"SENIN (25-4) aparat penegak hukum unjuk gigi!" ujar Umar. "Kejaksaan Agung menyingkap korupsi proyek KTP elektronik di Cilacap, Jawa Tengah, senilai Rp1,1 miliar! Disusul KPK menangkap tangan pejabat sekretariat Menegpora dan kontraktor fasilitas SEA Games Palembang, dengan ratusan juta uang tunai termasuk dolar AS, Australia, dan Euro! Terakhir polisi, mengungkap pembobolan dana Elnusa—anak perusahaan Pertamina—di Bank Mega sebesar Rp111 miliar!"

"Dahsyat!" sambut Amir. "Aksi penjahat kerah putih tampak semakin ramai saja! Malinda Dee masih jadi buah bibir, untuk kasus pembobolan dana nasabah puluhan miliar, kini muncul kelas yang lebih besar, ratusan miliar!"

"Lebih seru lagi, ada otak yang bermain di balik pembobolan dana Elnusa lebih 100 miliar itu yang ternyata buronan polisi sejak 1999, Richard Latif! (Kontan Online, 25-4). Ini tak kalah spektakuler dari Gayus Tambunan atau Malinda Dee!" tegas Umar.

"Bayangkan, pembobolan dana perusahaan publik milik negara dari bank swasta yang dikenal sangat berhati-hati bisa terjadi dengan diotaki buronan kasus pembobol bank! Kata Kanit Fiskal, Moneter dan Devisa Dit. Ekonomi Khusus Polda Metro Jaya, Kompol Sinto Silitonga, Richard itu otak pelaku delapan kasus pembobolan rekening!"


"Bagaimana orang bisa selicin itu?" sela Amir.

"Menurut Sinto, Richard Latif lihai mengambil hati korbannya dengan kemampuannya berbahasa! Ia menularkan virus kejahatannya kepada calon korbannya, termasuk pihak bank dan pemilik dana!" jelas Umar. "Dengan kemampuan yang dia dapat secara otodidak, ia cuma bisa mendekati pejabat bank tingkat cabang! Belum bisa tembus ke pejabat bank tingkat pusat!"

"Wah, fotonya harus dipampangkan di televisi dan koran, supaya pejabat bank di cabang-cabang tak sempat kena rayu Richard Latif!" tegas Amir.

"Sebentar lagi fotonya pasti disebar polisi karena Richard Latif bersama lima tersangka lain yang terlibat pembobolan dana Elnusa, telah ditangkap polisi!" tegas Umar. "Celakanya nanti, kalau justru Richard Latif yang membuktikan pelaku langsung pembobolan itu orang dalam, baik orang dalam Elnusa maupun orang dalam bank! Sedang selaku otak, ia hanya bermain sebagai aktor intelektual—
membuat skenario dan menikmati bagi hasilnya!"

"Anehnya, kenapa para pejabat perusahaan besar dan bank bisa dia pengaruhi?" tukas Amir.

"Menurut Sinto, konsep Richard Latif dengan membagi-bagi sebagian hasil kejahatan, mereka akan lolos!" jelas Umar. "Tapi kali ini sial, belum sempat bagi-bagi keburu tertangkap!" ***


0 komentar: