Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Siaga I Teror Bom pada Hari Paskah!


"MENKO Polhukam Djoko Suyanto Kamis petang memberlakukan Siaga I Teror Bom selama Hari Raya Paskah, Jumat hingga Minggu!" ujar Umar. "Kebijakan diambil setelah Kamis itu ditemukan sejumlah paket bom di Gereja Chris Katedral Gading Serpong, Tangerang, tiga bom buku di Pondok Kopi, Jakarta, dan ditangkapnya secara serentak dari berbagai provinsi belasan tersangka teror bom sejak kasus bom buku 16 Maret hingga bom bunuh diri di masjid Polresta Cirebon!"

"Dari situasi hari itu terkesan, teroris di negeri kita sangat sibuk! Kayaknya sleeper cells teroris ada yang mengusik hingga terbangun dan cawe-cawe!" timpal Amir. "Dengan gejala itu wajar jika pemerintah memberlakukan Siaga I Bom Teroris, karena ancamannya kian mencolok khususnya di sekitar Hari Raya Paskah! Tapi mengingat sleeper cells teroris yang terbangun dan sedang cawe-cawe itu, apakah cukup Siaga I Bom Teroris hanya berlaku tiga hari--Jumat sampai Minggu?"

"Untuk sementara itu cukup, maksudnya agar semua aparat keamanan bisa fokus—awas mata jaga telinga sepenuhnya—dalam tiga hari yang amat rawan tersebut!" tukas Umar.


"Kalau setelah itu laporan intel menunjukkan Siaga Satu perlu dilanjutkan, Pemerintah kan tinggal mengumumkannya!"

"Kalau laporan intel yang dijadikan dasar, bisa jadi Siaga I tak diperpanjang!" timpal amir. "Sebab, intel kita cenderung 'kurang dekat' dengan teroris, hingga rakyat lebih sering dikejutkan oleh ledakan bom teroris ketimbang berita antisipasi intel yang sukses mencegah peledakan bom!"

"Untung kelemahan intel itu sering bisa diatasi oleh Densus 88, yang pascaledakan selalu bisa menemukan pelaku bom—meski kadang terlambat seperti pelaku bom buku yang lebih sebulan baru diringkus!" tegas Umar. "Berkat Densus itu pula intel kita tertolong jadi lebih baik dari intel AS yang hampir 10 tahun ini belum bisa menemukan otak sesingguhnya serangan 11 Septeember 2001, kecuali menuding sekenanya Osama bin Laden!"

"Maka itu, siapa mengusik apa sebagai pemicu bangkitnya sleeper cells teroris di Indonesia, perlu disimak seksama!" tukas Amir. "Seorang mantan teroris saat diminta bicara di televisi menyesalkan tindakan pada Abu Bakar Ba'asyir karena selain bisa dianggap mengada-ada, juga bisa menyulut balas dendam dari kaum mujahidin Indonesia! Ia kaitkan serangan bom buku—waktu itu—dengan sidang pengadilan atas Ba'asyir!"

"Tapi analisis dan tindakan selalu post factum—setelah bom meledak!"timpal Umar.

"Padahal tradisi seperti hari Kamis itu harus dibangun, semua dilakukan prefactum—mendahului sebelum bom meledak!" ***

0 komentar: