"DARI 21 tersangka teroris terkait bom buku dan bom gereja Christ Cathedral Gading Serpong, Tangerang, 11 di antaranya menurut polisi punya gelar sarjana, alias kaum terpelajar!" ujar Umar. "Lebih menarik lagi, kelompok yang terdiri dari kaum muda itu disebut polisi jaringan baru! Bahkan, mereka belajar membuat bom bukan dari Dr. Azhari atau Noordin M. Top seperti generasi teroris terdahulu, melainkan justru dari internet!"
"Semakin tinggi pendidikan terorisnya, semakin tinggi pula ancaman bahaya bagi masyarakat! Karena, semakin terpelajar semakin rasional dan banyak akal, mampu bermain strategis ketimbang sekadar taktis!" timpal Amir. "Untuk itu kita salut pada polisi, khususnya Densus 88, yang meringkus mereka saat baru mulai belajar jadi teroris! Coba kalau mereka lolos di awal 'karier'-nya ini, sehingga saluran gas dekat gereja Christ Cathedral meledak oleh bom 140 kg yang mereka pasang pada pukul 09.00 di Hari Paskah, berapa banyak jemaah bisa jadi korban? Juga warga masyarakat yang relatif ramai di sekitar lokasi!"
"Penting disimak pada jaringan baru teroris yang lebih 'intelek' lewat kasus bom buku dan Serpong, ada kecenderungan untuk meninggalkan gaya pendahulunya yang memilih bom bunuh diri!" tukas Umar. "Itu bisa jadi karena jaringan baru ini belum punya kemampuan merekrut pengantin—pembawa bom bunuh diri! Memang tak mudah meyakinkan orang untuk siap melakukan serangan dengan membawa bom bunuh diri!"
"Bukan masalah jaringan baru berganti model serangan dibanding pendahulunya!" timpal Amir."Tapi, kenapa kaum muda terpelajar—yang tak layak lagi disebut picik atau fanatik buta—kian mudah terseret dalam terorisme?"
"Justru orang terpelajar saat merasa menemukan sendiri kebenaran yang dianggapnya hakiki, bisa menjadi lebih militan dari orang yang sekadar ikut-ikutan ataupun hasil rekayasa cuci otak!" tegas Umar. "Dalam negara yang standar nilai-nilainya sedang kacau, apalagi ditopang hukum yang tak punya kepastian, peluang orang terpelajar menemukan kebenaran sendiri makin besar, kemungkinan barisan teroris terpelajar kian panjang juga bukan mustahil!"
"Berarti, berbiaknya jaringan baru teroris tak bisa dilepaskan oleh lemahnya kepemimpinan bangsa yang tak bisa membuat kebijakan dan keputusan tegas untuk dijadikan standar nilai!" sambut Amir. "Sebaliknya, jika keraguan yang ditonjolkan pada setiap masalah timbul—seperti terkait perompak Somalia—kebutuhan atas standar nilai juga kian sukar dipenuhi!"
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Sabtu, 23 April 2011
Nah, Jaringan Baru Teroris Terpelajar!
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar