Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Bangsa Ponten 100 Bersih dari Sampah Tumpukan Masalah!


"KENAPA sejak berada di kampung ini aku merasa sesak napas, ya?" tanya Umar.
"Karena dekat sini ada tempat pembuangan akhir (TPA) sampah!' jawab Amir. "Tebaran karbon berbau busuk itu jelas menyesakkan!"

"Waduh! Itu baru tumpukan sampah pasar dan rumah tangga!" timpal Umar. "Bagaimana pula jika sampahnya itu tumpukan masalah yang tak bisa diselesaikan dalam kehidupan bernegara-bangsa, segenap warga bangsa pula yang tersekap sesak napas!"


"Itulah yang dialami bangsa kita!" tegas Amir. "Banyak masalah bernegara-bangsa tak selesai ditutupi dengan masalah baru yang kemudian tak terselesaikan pula, sehingga dari waktu ke waktu timbunannya semakin tinggi—akibatnya selain menyesakkan juga menenggelamkan bangsa dalam tumpukan sampah masalah! Dalam kurun terakhir ini saja tampak, kasus Bank Century yang tak kunjung disentuh aparat penegak hukum sesuai putusan DPR, ditimpa peluncuran kasus RUUK DIY yang tampak dipaksakan kontroversial, lalu ditimpa dengan kasus penolakan oleh paripurna DPR pembentukan Pansus Mafia Pajak! Bagaimana nasib mafia pajak ke depan belum jelas, ditimpa kasus pembangunan gedung DPR senilai triliunan!"

"Bagaimana jika masalah yang bertumpuk itu sebagian justru by design—itu simpul dari seorang mahasiswa dalam Dialog Kebangsaan dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X di Universitas Muhammadiyah Metro, Sabtu—
demi menutupi masalah yang terkait dengan gejala kerusakan dalam mesin kekuasaan!" timpal Umar. "Kok bukan mesin kekuasaan yang rusak diperbaiki, tapi malah membuat masalah baru yang tak bisa diselesaikan?"

"Itu karena kita bukan Bangsa Ponten 100, di mana setiap warga bangsanya sejak kecil terlatih mengerjakan dengan benar. Semua soal mata pelajaran di sekolahnya sehingga setiap hari membawa pulang ponten 100!" tegas Amir. "Kalau sejak kecil dalam proses belajar di sekolah pakai sistem yang bisa memastikan setiap murid pulang membawa ponten 100, setelah besar dan berkuasa tak menyisakan masalah yang tak terselesaikan!"

"Tapi bangsa kita terlatih puas dengan nilai pas-pasan asal lulus, sisa soalnya yang tak terjawab dibiarkan tak pernah terselesaikan sampai kapan pun!" sambut Umar. "Ketika kebiasaan itu dibawa dalam pemerintahan negara-bangsa, sisa soal tak terselesaikan terus bertumpuk, dari hari ke hari semakin menyesakkan kehidupan bangsa!"

"Padahal untuk membuat murid terbiasa menyelesaikan semua soal dengan benar dan membawa pulang ponten 100 tak sulit!" jelas Amir. "Saat memeriksa hasil kerja murid, tahap pertama guru tak memberi ponten, tapi melingkari nomor soal yang dijawab salah! Guru kemudian menjelaskan proses dan jawaban semua soal, bersamaan itu murid memperbaiki jawaban yang salah sesuai penjelasan guru! Usai diperbaiki diperiksa guru lagi dan diberi ponten 100!" ***

0 komentar: