Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

'Ana Sing Ngirim!', Serangan Ulat Bulu sampai Lampung!


"MASIH dalam bulan April juga, serangan ulat bulu yang bermula dari Probolinggo, Jawa Timur, telah sampai Ketapang, Lampung Selatan!" ujar Umar. "Secara nyata itu gejala alam! Ekosistem yang rusak menyebabkan predator ulat bulu—berbagai jenis burung dan aneka serangga—populasinya menurun! Itu berpadu dengan iklim ekstrem, penyebab bermacam bakteri parasit ulat bulu tak berkembang! Populasi ulat bulu pun meledak!"

"Perusakan alam menyebabkan beragam jenis burung semakin langka, penggunaan pestisida dan insektisida membuat banyak jenis serangga terbunuh! Itu berarti, serangan ulat bulu sebagai pembalasan atas perbuatan manusia merusak alam dan memakai racun serangga!" timpal Amir. "Sedang kalau pembalasan ulat bulu itu dipicu oleh iklim ekstrem yang menyebabkan bakteri parasit ulat bulu tak berkembang, iklim ekstrem itu akibat pemanasan global yang dipicu gas karbon buangan industri dan pola hidup modern! Berarti, serangan ulat bulu itu justru universal sebagai pembalasan pada ulah manusia merusak dan mencemari alam!"


"Terlihat serangan ulat bulu ditujukan sebagai protes pada manusia secara universal, dari petani udik yang menyemprot tanaman dengan pestisida dan insektisida, penguasa dan pengusaha yang berkonspirasi merusak alam dari pembalakan legal dan liar sampai penggalian tambang di hutan lindung, hingga industrialis pemompa asap berkarbon ganas dari cerobong pabrik, asap mobil di jalanan metropolitan, serta dari beragam jenis mesin pendingin!" tegas Umar.

"Artinya, di balik realitasnya yang alamiah, serangan ulat bulu juga tampak ana sing ngirim—ada yang mengirim—untuk menyampaikan pesan pada umat manusia agar menyadari rangkaian kesalahannya merusak dan mencemari alam, dan supaya mengubah cara hidup jadi lebih ramah dan akrab pada alam!"

"Tapi siapa yang mengirim?" potong Amir.

"Pengirimnya tentu saja proses dialektika—tesis, antitesis, sintesis—hukum alam yang berputar pada poros sebab-akibat!" tegas Umar. "Namun tetap harus disadari dengan spiritualitas, hukum alam itu sendiri adalah sunatulah!"

"Kesadaran pada hukum alam itu di kalangan petani Lampung sudah mulai tumbuh sehingga dengan gigih mereka mengembangkan pertanian organik!" timpal Amir. "Tapi seberapalah arti usaha jelata itu, kalau justru di jalur mainstream para penguasa dan pengusaha, serta industrialis raksasa, cuma seolah-olah saja memahami tuntutan hukum alam itu, sedang perilakunya justru semakin efektif merusak alam!" ***

0 komentar: