POLEMIK membuat simpang-siur data utang luar negeri (ULN) Indonesia, dengan kesan menakut-nakuti rakyat bahwa di pundaknya dipikulkan utang negara sangat berat. Gejala demikian jelas kurang sehat karena secara berkala Bank Indonesia (BI) merilis perkembangan ULN. Rilis BI tentang ULN 15 Maret 2018 menyebut ULN Indonesia pada akhir Januari 2018 meningkat 10,3% (yoy) menjadi 357,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp4.915 triliun (kurs Rp13.750/dolar AS). Perinciannya, 183,4 miliar dolar AS atau setara Rp2.521 triliun utang pemerintah; dan 174,2 miliar dolar AS atau setara Rp2.394 triliun utang swasta. Direktur Departemen Statistik BI, Tutuk SH Cahyono menyatakan pertumbuhan ULN itu sejalan dengan banyaknya proyek infrastruktur yang sedang dikerjakan serta berbagai kegiatan lainnya. "Pertumbuhan ULN Indonesia per akhir Januari 2018 bersumber dari pertumbuhan ULN sektor swasta sebesar 6,8% (yoy) serta sektor pemerintah dan bank sentral sebesar 13,7% (yoy)," ujar Tutuk. (Kompas.com, 15/3/2018) Tutuk mengatakan struktur ULN sektor pemerintah dan bank sentral tetap sehat. Hal ini terlihat dari jangka waktu yang didominasi oleh ULN jangka panjang, yaitu 98,1% dari total. Kenaikan ULN sektor pemerintah dan bank sentral dibanding bulan sebelumnya 2,8 miliar dolar AS, didorong oleh naiknya ULN jangka panjang sebesar 1,8 miliar dolar AS. Dari sisi instrumennya kenaikan ULN tersebut dipicu oleh arus masuk dana asing pada surat berharga negara (SBN) serta peningkatan pinjaman yang didominasi project loan, yang naik 1,2 miliar dolar AS dibanding dengan bulan sebelumnya. Sedang di sektor swasta, peningkatan pertumbuhan ULN jangka panjang menjadi 3,9% (yoy), sementara pertumbuhan ULN jangka pendek melambat jadi 13,8%. Dari sisi instrumen, loan agreement ULN swasta naik 1,1% (yoy), sedang ULN dalam bentuk utang dagang dan surat utang mengalami penurunan. Dari total ULN akhir Januari 2018 sebesar 357,5 miliar dolar AS atau Rp4.915 triliun, pada akhir Februari 2018 turun 1,3 milar dolar AS menjadi 356,2 miliar dolar AS atau Rp4.897 triliun (kurs Rp13.750/dolar AS). Penurunan ULN tersebut terjadi karena pemerintah membayar utang yang jatuh tempo. Kondisi ini secara nyata mencerminkan pengelolaan utang Indonesia bagus karena bisa melunasi utang jatuh tempo tepat waktu. Dengan data ULN pemerintah dan swasta yang jelas itu, diharapkan warga tidak mudah jadi korban manipulasi isu utang untuk menakuti dan membingungkan masyarakat. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar