Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

LiFi, Wi-Fi Berbasis Cahaya Berkecepatan 100 Gbps!

PENGANTAR koneksi internet berbasis cahaya, LiFi (Light Fidelity) diuji coba Philips, produsen elektronik asal Belanda. Dari percobaan Oxford University dan University College (IEEE Spectrum, 16/2/2018) LiFi berhasil mentransfer data dengan kecepatan mencapai 100 Gbps (100 miliar huruf per detik). Itu jauh di atas kapasitas Wi-Fi berbasis gelombang radio yang mentok pada 7 Gbps. Chief Innovation Officer Philips Lightning, Olivia Qiu, menyatakan teknologi LiFi memiliki potensi besar untuk era digital dewasa ini. Memang jika melihat tren dunia saat ini, koneksi internet telah menjadi salah satu kebutuhan sehari-hari bagi manusia seperti layaknya kebutuhan pencahayaan yang diproduksi Philips secara masif. "Ketika frekuensi radio menjadi makin padat, spektrum cahaya adalah sumber daya besar yang belum dimanfaatkan. Bandwidth cahaya terbilang besar dan sesuai untuk koneksi yang stabil dan simultan dari berbagai perangkat internet of things," ujar Qiu. (Kompas-Tekno, 23/3/2018) LiFi menggunakan teknologi serupa dengan Wi-Fi. Keduanya teknologi nirkabel dua arah dengan kecepatan tinggi, tetapi bedanya LiFi menggunakan gelombang cahaya, bukan gelombang radio sebagaimana Wi-Fi yang konvensional. Namun, Philips tidak gegabah. Mereka mengembangkan LiFi pada kecepatan koneksi hingga 30 Mbps, tanpa memengaruhi kualitas cahaya yang dihasilkan. Philips mengklaim pada kecepatan itu pengguna bisa melakukan streaming video berkualitas HD dan melakukan video call secara bersamaan. Dengan kecepatan potensial yang bisa mencapai lebih dari 30 Mbps, para penciptanya berharap teknologi ini bisa dimanfaatkan untuk aplikasi lain. Khususnya dengan secara bertahap mengeliminasi kelemahan LiFi, dibandingkan Wi-Fi konvensional. Salah satu kelemahan itu, meski diterapkan melalui semacam base station yang ditempel di langit-langit ruangan, LiFi membutuhkan direct line of sight atau pandangan langsung ke perangkat tujuan yang dilengkapi receiver khusus. Selain itu perangkat yang terkoneksi pun harus statis alias belum bisa bergerak bebas. Meski demikian, LiFi tetap dipandang sebagai teknologi yang potensial ke masa depan. Selain karena kelemahannya telah diketahui sehingga bisa menjadi ladang penelitian untuk mengatasinya, LiFi bisa segera diimplementasikan ketika Wi-Fi dengan frekuensi radionya bisa mengganggu aktivitas, misalnya di rumah sakit. Sampai nantinya, LiFi mencapai kapasitas penuh. ***

0 komentar: