Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Keniscayaan Perang Dagang, Bah!

GEDUNG Putih mengecam Tiongkok yang melakukan serangan balasan mengenakan tarif impor hingga 25% atas 128 produk asal AS, dari daging babi beku, kacang-kacangan, ginseng, hingga wine. Bah, kenapa sewot, serangan balik kan keniscayaan dalam perang dagang yang justru dimulai AS sendiri dengan menerapkan tarif impor baja dan aluminium 8 Maret 2018. Akibat serangan balik Tiongkok itu, menurut BBC, Selasa (3/4), bursa saham AS anjlok dan bursa saham Asia dibuka melemah, akibat kekhawatiran perang dagang kian memanas. Indeks saham Nikei 225 di Jepang dibuka melemah sekitar 1,5%. "Subsidisasi dan berlanjutnya overkapasitas di Tiongkok adalah akar masalah krisis baja. Ketimbang membidik ekspor AS yang diperdagangkan dengan adil, Tiongkok harus menghentikan praktik perdagangannya yang curang, yang mengganggu keamanan nasional AS dan pasar global," ujar juru bicara Gedung Putih Linda Waters. (Kompas.com, 3/4) Tarif baru yang diterapkan Tiongkok atas impor produk AS itu berlaku sejak awal pekan ini. Sebelum itu Trump sendiri mendiskripsikan Tiongkok sebagai musuh ekonomi AS. Hal ini bisa memperluas keniscayaan perang dagang sebagai pilihan langkah Tiongkok. Salah satu keniscayaan adalah negara yang menjadi sasaran utama perang dagang, seperti Tiongkok, melakukan konsolidasi kekuatan nasionalnya dengan pemurnian dari elemen asing yang kalau ditarik bisa melumpuhkan. South Deutsch Newpaper (SDN) dikutip Reuter, Selasa (3/4), melaporkan Tiongkok menolak usulan Prancis untuk kerja sama engineering tecnologi phantom 2000 jet fighter barter dengan teknologi Tiongkok quamtum computing communication. Tiongkok juga menolak tawaran Inggris untuk kerja sama pembuatan engine pesawat jumbo jet dengan standar Inggris. Dengan AS, selain menolak tawaran memakai teknologi ruang angkasa AS untuk stasiun luar angkasa Tiongkok yang dalam penyelesaian, perusahaan teknologi swasta Tencent dan Alibaba juga mencopot fungsi IOS buatan Apple dari sistem jaringan teknologi komunikasi mereka. Akibatnya, Apple menderita kerugian besar sehingga sesuai laporan Reuter tersebut, kapitalisasi saham Apple jatuh 55,7 miliar dolar AS dalam 5 hari. SDN menyatakan negara-negara Barat seperti AS dan Eropa selama ini menganggap dirinya lebih hebat, menganggap dirinya pusat dunia, negara-negara lain harus menuruti semua kemauannya. Tapi kini, aturan main telah berubah. Tiongkok tidak mau lagi diatur negara Barat dan ganti menentukan aturan main. ***

0 komentar: