MESKI baru 17 tahun merdeka, tahun 1962 Indonesia telah menunjukkan kepada dunia kemampuannya menjadi tuan rumah Asian Games. Bukan pula sekadar mampu sebagai penyelenggara, dalam perolehan medali juga Indonesia berprestasi di peringkat dua, dengan 21 emas, 26 perak, dan 30 perunggu. Jepang di peringkat satu dengan 73 emas, 65 perak, dan 23 perunggu. Asian Games IV yang diselenggarakan di Jakarta pada 24 Agustus—4 September 1962 itu diikuti 17 negara, dengan 1.460 atlet dan mempertandingkan 15 cabang olahraga. Moto terukir di logo Asian Games 1962 Ever Orward (maju terus!). Pemungutan suara memilih Jakarta sebagai tuan rumah Asian Games IV dilakukan 23 Mei 1958 di Tokyo, menjelang penyelenggaraan Asian Games III. Dengan pesaing Karachi (Pakistan) yang juga mencalonkan sebagai tuan rumah AG IV, dalam voting Dewan Federasi Asian Games, Jakarta terpilih dengan suara 22-20. Namun, karena suhu politik nasional pada 1958—1960 panas (pemberontakan PRRI dan Permesta, Bung Karno membuat dekrit membubarkan konstituante dan kembali ke UUD 1945), barulah 1961 infrastruktur Asian Games mulai digarap. Itu ditandai dengan pembentukan Komando Urusan Asian Games yang langsung dipimpin Bung Karno dengan komandan pelaksanaan Mayor Jenderal D Suprayogi. Pembangunan infrastruktur Asian Games dari nol itu pun dikebut di kawasan yang berupa sejumlah kampung; Senayan, Petunduan, Kebun Kelapa, dan Bendungan Hilir. Sekaligus dibangun stadion utama berkapasitas 92 ribu penonton, stadion renang (8.000 penonton), stadion tenis (5.200 penonton), dan berbagai venue lainnya. Tidak hanya dari kebutuhan pesta olahraganya. Kebutuhan bangsa ini untuk menyaksikan Asian Games juga harus dipenuhi. Oleh sebab itu, pada 25 Juli 1961, Menteri Penerangan M Maladi pun meneken kontrak pembangunan studio TVRI, yang harus mengudara 17 Agustus 1962, sepekan menjelang pembukaan AG IV. Pembangunan kompleks olahraga semegah itu, repot kalau jalan lingkungannya kurang sebanding. Oleh karena itu, dibangunlah jalan baru, mulai dari Jalan MH Thamrin, Sudirman, Gatot Subroto, dengan Jembatan Semanggi. Lalu, Hotel Indonesia dan Monumen Selamat Datang di Bundaran Air Mancur, harus selesai bersamaan dan tepat waktu semuanya. Asian Games IV 1962 dicatat dengan tinta emas karena melahirkan bintang pelari sprinter Mohammad Sarengat yang memecahkan rekor Asia lari 100 meter dengan catatan waktu 10,5 detik dan lari gawang 110 meter dengan 14,4 detik. Dengan demikian, ia meraih dua emas Asian Games IV. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar