KESIBUKAN menyusun pasangan capres dan cawapres berakhir sudah. Ustaz Abdul Somad (UAS) pun berhasil lolos dari jerat kepentingan politik praktis dengan dipasang sebagai cawapres. Tekadnya itu terakhir ditegaskan dalam ceramahnya di Masjid Raya Sultan Riau Penyengat, Kepulauan Riau seperti dikutip detikcom, Rabu (8/8/2018). "Saya sampai mati jadi ustaz, mengajak orang ke jalan Allah swt, tidak terlibat politik praktis," tegas UAS di depan ribuan jemaah. "Saya sampai mati jadi ustaz. Tak usah ragu, tak usah takut. Pegang cakap saya. Manusia yang dipegang cakapnya, binatang yang dipegang talinya. Kalau ada manusia tak bisa dipegang cakapnya, ikat dia pakai tali," lanjutnya. Dia menjelaskan tujuan selama ini kerap berbicara politik adalah agar para pemuda muslim terjun ke politik dan menyuarakan suara Islam. Sedangkan dia sendiri tetap ingin konsisten di jalan dakwah. "Pilihlah pemimpin yang peduli Islam, bukan saya mau jadi itu. Ibarat menangkap ikan, saya hanya menghalau-halau saja. Jangan saya menghalau, saya juga menangkapnya lagi. Bapak-Ibu yang dimuliakan Allah, ini mesti cerdas memahami apa yang saya sampaikan," kata UAS. Sebelumnya, dalam tablig akbar di Lapangan Pamedan Ahmad Yani, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, Selasa (7/8) malam, UAS mengulangi ketegasan sikapnya menolak dijadikan sebagai calon wakil presiden. Keputusan ini sudah bulat. Bahkan, dia tidak mempermasalahkan jikalau apa yang ditempuhnya ditentang sejumlah khalayak. "Terserah, siapa pun yang tidak setuju, silakan," tegas UAS seperti dipetik Tanjungpinang Pos (7/8/2018). UAS punya alasan untuk senantiasa istikamah pada jalur dakwah, alasan yang ia mohon bisa diberi permakluman oleh khalayak. "Akan tetapi dalam masalah ini (cawapres), saya memang sudah azam, karena datuk saya dahulu sudah mewakafkan kebun untuk menyekolahkan saya agama. Apa kata datuk saya, cucuku 40 orang, yang satu ini harus sekolah agama," tutur UAS. "Karena pesan datuk dahulu, cukup yang ini harus sekolah agama, dia harus jadi ulama, nanti kalau dia pulang, mencerdaskan umat, kalau aku hidup aku menyekolahkan dia, kalau aku mati kebun kelapa dua hektare untuk sekolah dia," kenang UAS. Penghormatan kepada kakeknya ini kian mengukuhkan pendirian UAS bahwa jalur dakwah adalah jalur pengabdian dirinya. Sikap UAS yang istikamah di jalur dakwah itu layak kita hormati dan teladani, untuk tidak mudah menukar nilai tertinggi pengabdian dengan sebuah kursi kekuasaan. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar