DI tengah booming berita hoaks, fitnah, ujaran kebencian dan sejenisnya dalam lima tahun terakhir, media arus utama seperti Lampung Post menikmati pengakuan masyarakat lebih kuat terhadap ketepercayaan informasinya dengan menjadikan media arus utama sebagai tempat menguji kebenaran isu-isu yang viral di media sosial. Itu karena Lampung Post konsisten menjaga kehadirannya sebagai quality newspaper, yang mengutamakan akurasi dan kebenaran dalam penyajian beritanya. Suatu hal yang masih dalam proses pembentukan dalam media baru yang menjamur belakangan ini dengan gejala berita "hit and run", dan "paste up" yang masih terjadi. Berita "hit and run" adalah berita asal tabrak saja, dimuat tanpa konfirmasi, klarifikasi, apalagi verifikasi, baru kemudian dibuat penjelasan korban tabrak lari berita dengan memanfaatkan kesempatan hak jawab pihak terkait berita. Sedangkan berita "paste up" adalah "menggunting dan menempel" berita orang tanpa mengubah titik koma dan tanpa menyebut sumbernya. Semua itu tentu akibat bertubi-tubinya terbit ratusan media baru di daerah ini, hingga kebanyakan pekerjanya kurang memahami jurnalisme. Diharapkan upaya organisasi profesi seperti PWI meningkatkan kemampuan dan kompetensi jurnalistik mereka, ke depan akan menjadi lebih baik. Namun, betapa dengan gejala tersebut, ketergantungan pembaca terhadap media arus utama untuk mendapatkan kebenaran berita dan informasi tepercaya, menjadi beban yang lebih berat bagi media arus utama seperti Lampung Post. Sebagai pengibar panji kebenaran berita itu, pada usia ke-44 tahun ini Lampung Post berusaha mempertajam peran mencerdaskan warga desa dengan membuka portal "Gerbang Desa". Untuk itu, Lampung Post telah memiliki pengalaman mengelola Koran Masuk Desa sejak 1986. Itu berlanjut dengan hadirnya rubrik Desa Membangun di Lampung Post setiap hari kerja. Sehingga, berbagai survei masa 1990-an hingga 2000-an selalu menempatkan Lampung Post sebagai koran yang terbesar peredarannya di kawasan rural. Portal "Gerbang Desa" ini menjadi tentakel baru menjangkau audiens dalam konvergensi media yang terus dikembangkan Lampung Post mengikuti perkembangan zaman. Walau begitu, kami awak Lampung Post selalu mengakui masih banyak kekurangan pada diri kami. Oleh karena itu, kami selalu berusaha terus belajar meningkatkan pengetahuan dan kompetensi kami melayani seluruh masyarakat, stakeholder Lampung Post. Dirgahayu Lampung Post.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar