KAKBAH sebagai pusat bumi sekaligus poros waktu dalam almanak Hijriah, sudah dibahas mendalam di buku Kakbah Poros Dunia yang diterjemahkan Iwan Nurdaya Djafar dari buku Saad Muhammad Al-Marsafy berdasar hasil penelitian Prof Dr Husain Kamaluddin yang dipublikasikan The Egyptian Scholar of The Sun and Space Research Center, Kairo, Mesir. Teori Husain Kamaluddin didasarkan pada pendekatan matematika dan kaidah yang disebut spherical triangle. Hasilnya, Mekah berada tepat di pusat daratan bumi. Ia gambar peta dengan proyeksi komputer arah kiblat, hasilnya Mekah merupakan pusat dari suatu lingkaran yang melintasi semua benua. Hasil penelitian yang dirilis pada 1997 ini sekaligus membantah bahwa Greenwich adalah poros bumi, yang selama ini menjadi titik nol bujur timur dan bujur barat lingkaran bumi, yang titik 180 derajat kedua bujur bertemu di Pasifik dan dijadikan batas hari. Posisi Greenwich sebagai poros bumi tidak didasarkan pada bukti ilmiah, tapi hanya berdasar kesepakatan konferensi garis bujur di Washington DC1884. Berdasar peta proyeksi yang dibuat Husain Kamaluddin dengan Kakbah sebagai poros waktu sehingga hari dimulai dari waktu Arab, waktu Jakarta yang selama ini lebih cepat empat jam dari waktu Arab (berdasar almanak Masehi), maka posisi Jakarta dengan almanak Hijriah ini menjadi 19 jam 36 menit di belakang Kota Mekah (waktu Arab). Hasil penelitian Husain tersebut terbukti sesuai dengan hasil peneropongan hilal dari seluruh wilayah Indonesia hingga Pakistan yang berulang setiap menjelang Idulfitri maupun Iduladha tidak bisa melihat hilal, padahal pada hari yang sama hilal bisa dilihat di Arab. Artinya, waktu Arab sebagai awal hari pada almanak Hijriah, sehingga de facto wilayah Indonesia hingga Pakistan berlebaran sehari kemudian. Meskipun demikian, tidak mudah menerapkan waktu Hijriah yang telah ditemukan sejak 1997 dan selalu dibuktikan serta diikuti oleh sidang isbat Kementerian Agama dengan menetapkan Hari Raya sehari di belakang Arab Saudi. Karena, soal waktu ini sensitif justru di kalangan umat muslim sendiri yang mindset-nya sudah terpola almanak Masehi, yang menempatkan Indonesia empat jam lebih cepat dari Arab. Setiap kali sidang isbat yang diikuti para ulama pimpinan ormas Islam nasional itu memutuskan Lebaran (Idulfitri dan Iduladha) sehari di belakang Arab Saudi, semestinya menjadi sosialisasi almanak Hijriah dengan bukti fakta nyata hasil peneropongan di seluruh Tanah Air.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar