PM Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan negerinya harus belajar banyak dari Tiongkok, terutama bagaimana Tiongkok mampu menyediakan makanan, teknologi, dan lapangan kerja bagi 1,4 miliar orang warganya. Mahathir, yang menyatakan itu setelah lima hari kunjungan kerjanya ke Tiongkok pekan lalu, menambahkan tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan warganya, Tiongkok juga masih memproduksi beras yang cukup untuk keperluan ekspor. "Malaysia, dengan penduduk 30 juta orang, hanya mampu menghasilkan beras untuk 70% warganya meski pemerintah sudah memberikan subsidi pupuk," ujar Mahathir. (Kompas.com, 22/8) Salah satu tempat yang dikunjungi Mahathir di Negeri Tirai Bambu adalah Akademi Ilmu Pertanian Tiongkok dan Taman Inovasi Teknologi dan Ilmu Pertanian Nasional. Ia juga mengunjungi markas besar Alibaba Group di Hangzhou dan bertemu sang pendiri, Jack Ma. Sebagai hasil kunjungannya itu, Mahathir melanjutkan Malaysia juga harus belajar dari Tiongkok cara memasarkan produknya lewat dunia maya, tidak hanya ke pasar domestik tetapi juga dunia. "Warga desa bisa memasok kebutuhan seluruh negeri, bahkan dunia, dengan menjual produk secara online. Kita tidak mungkin hidup dalam kemiskinan," tambah Mahathir. Berikutnya, Mahathir menegaskan Malaysia juga bisa belajar dari Tiongkok tentang bagaimana cara negeri itu menyediakan lapangan kerja bagi 15 juta sarjananya setiap tahun. "Angka pengangguran begitu tinggi di Malaysia karena kita tidak bisa memberikan cukup lapangan kerja, tetapi memang sejumlah orang tidak mau bekerja," tukas Mahathir. Kesan berbeda dikemukakan Mahathir dari pengalamannya naik kereta api supercepat dari Hangzhou ke Beijing. Menurut dia, Malaysia belum membutuhkan jaringan kereta api supercepat. "Kereta api ini bergerak di kecepatan 300 kilometer per jam. Anda tidak butuh kereta dengan kecepatan ini dari Kuala Lumpur ke Singapura," ujarnya. Saat yang sama, Mahathir mengkritik Najib Razak yang mengucurkan dana 72 miliar ringgit (Rp256,4 triliun) hanya untuk mengurangi beberapa menit masa perjalanan. Pekan sebelumnya, Mahathir, dikutip Channel News Asia pada Jumat (17/8), mengatakan tantangan yang dihadapinya, kerusakan yang ditimbulkan pemerintahan sebelumnya. Jumlah utang yang dibuat pemerintahan terdahulu mencapai triliunan ringgit. "Membayar bunganya saja sudah membuat kami bangkrut. Apalagi jika harus mengembalikan utang utama," kata Mahathir menyebut beratnya beban utang warisan rezim terdahulu.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar