""KESAN umum 100 hari pemerintahan SBY-Boediono, cenderung defensifnya Presiden setiap tampil di televisi, baik saat bicara langsung maupun dalam tayangan berita!" ujar Umar. "Di balik itu terkesan pula, SBY-Boediono terjebak dalam polemik kontroversial, sejak isu cicak lawan buaya sampai skandal Bank Century! Soal ini tak sepele, karena menyita perhatian publik, jebakan itu mendominasi arus informasi sehingga kinerja 100 hari kabinet luput dari perhatian rakyat!"
"Apalagi penonton televisi terjebak siaran rapat pansus Bank Century dan tayangan tetap lain!" timpal Amir. "Kinerja kabinet jadi minus jam tayang!"
"Tayangan tetap lain apa pula?" potong Umar."
"Tayangan tetap hari ke hari, berita penggusuran pedagang kaki lima di seantero negeri dengan cara keras, tak kenal ampun! Jeritan pilu ibu-ibu pedagang menyayat, menyatakan yang diubrak-abrik itu tumpuan hidup keluarga, tapi pelaksana perintah penguasa yang menggilasnya tak mau mengerti!" jelas Amir. "Frekuensi dan kerasnya penggusuran itu terlihat peningkatannya! Tak bisa dielakkan kalau rakyat yang menghadapi nasib malang itu beranggapan tindakan itu dikebut demi kinerja 100 hari pemerintah! Rakyat jelata tahunya pemerintah itu satu, dari pusat sampai desa, dari Sabang sampai Merauke!"
"Lantas, pertanda apa itu terkait 100 hari SBY-Boediono dan kabinetnya?" kata Umar.
"Pertanda 100 hari pertama lebih diutamakan untuk defensif dari isu di tingkat atas, hingga lupa mengontrol birokrasi pemerintah bawahan yang lagi asyik mengubrak-abrik kehidupan rakyat jelata, pendukungnya dalam pilpres!" tegas Amir. "Dan itu terjadi karena dalam 100 hari ini SBY terlalu sensitif terhadap isu-isu di atas, tampak tak sebanding sensitifnya pada nasib rakyat kecil korban penggusuran!"
"Dengan begitu jadi lebih mudah perbaikan langkah yang harus dilakukan ke depan!" sambut Umar. "Yakni, mengurangi sensitivitas terhadap isu level atas, dengan mengalihkan kesensitifan ke lapisan terbawah, nasib rakyat jelata yang sedang teraniaya, terutama pedagang kaki lima!"
"Kalau bisa begitu, alangkah baiknya!" tegas Amir. "Tapi kemungkinannya kecil sekali!"
"Kenapa kau begitu pesimistis?" kejar Umar.
"Karena SBY lebih sensitif pada hasil-hasil survei tentang popularitasnya!" jawab Amir. "Padahal, kebanyakan survei itu dilakukan lewat telepon rumah warga kota besar, hingga orientasinya pun lebih diutamakan pada kepentingan lapisan masyarakat kota besar yang punya telepon di rumah, agar tampilan popularitasnya selalu terjaga baik di media massa!"
"Tapi berbagai survei menunjukkan popularitas SBY cenderung terus menurun!" tukas Umar.
"Justru itu, usaha defensif harus lebih gigih agar penurunannya tak bablas!" timpal Amir. "Malang nian nasib jelata, seperti pedagang kaki lima, tak jadi bagian dalam kedefensifan SBY-Boediono!""
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Kamis, 28 Januari 2010
Defensif, 100 Hari SBY-Boediono!
Label:
100 hari,
boediono,
pemerintahan,
sby
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar