Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Ekspor Lampung Turun 18,19%

>

"BPS--Badan Pusat Statistik--merilis nilai ekspor Provinsi Lampung Januari--November 2009 turun 18,19 persen dari periode sama 2008," ujar Umar. "Menurut Muhamad Razif, kepala BPS Lampung, penurunan terjadi pada empat kelompok utama komoditas ekspor Lampung! Kelompok kopi, teh, dan rempah-rempah (kontribusi 25,02%), lemak dan minyak hewani/nabati (24,18%), pulp--bubur kertas--dan olahannya (6,55%), buah-buahan dan sayuran (6,54%). Total kontribusi empat kelompok itu 62,28%."

"Ekspor nonmigas menurut Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu (5-1) secara nasional 2009 turun 12%. Maka, penurunan ekspor Lampung itu 6% lebih buruk!" sambut Amir. "Itu bisa terjadi selain dampak krisis keuangan global dengan menurunnya impor negara-negara maju terutama AS, Jepang dan Uni Eropa, khusus Lampung juga terkena akibat kasus Tripanca, terkait 150 ribu ton kopi, kakao, dan rempah yang jadi masalah!"

"Dampak krisis global pada semester awal 2009 itu tampak pada penurunan ekspor Lampung ke Jepang dan AS yang sebelumnya selalu di posisi teratas, digeser ekspor ke China!" tegas Umar. "Pergeseran signifikan tujuan ekspor ke China sebagai kompensasi masa krisis global itu cukup penting bagi diversifikasi tujuan ekspor Lampung! Saat ekonomi dunia kembali normal dan ekspor ke negara maju pulih, hasil diversifikasi menopang laju pertumbuhan komoditas ekspor Lampung--terutama kakao, minyak nabati (sawit), serta ikan dan udang yang kian pesat tumbuhnya!"

"Pertumbuhan produksi komoditas ekspor yang tampak di lapangan, dihadapkan dengan realitas penurunan nilai ekspornya--meski kuat alasan penyebabnya (krisis global)--tetap menuntut jalan keluar untuk menciptakan keseimbangan kembali antara produktivitas dan pemasarannya!" timpal Amir. "Sebab, dalam pelajaran ekonomi elementer pun diketahui, saat penawaran lebih besar dari permintaan berakibat

"Jalan keluar seperti apa?" potong Umar.

"Untuk komoditas rakyat seperti kopi dan kakao, sebelum ekspor pulih sedang produk melimpah, mungkin pemkab setempat bekerja sama dengan asosiasi eksportir menampung sementara panen rakyat untuk menyangga harga!" jawab Amir. "Sedang pada minyak nabati (sawit), pemda dan perbankan mendorong para produsen untuk membangun pabrik biodiesel, substitusi solar, yang kebutuhannya relatif tak terbatas! Dengan itu, lemahnya permintaan pasar ekspor tak berpengaruh signifikan pada produsen!" n


0 komentar: