"TAHUN baru di rumah nenek, kami berdoa menyambut positif berlakunya perdagangan bebas ASEAN-China pada detik-detik pergantian tahun!" ujar Amir.
"Iseng amat?" timpal Umar. "Apa kaitannya, nenekmu bukan pemegang lisensi merek dagang China?"
"Nenekku pengagum Gus Dur, jadi dia lihat dari sisi humanis universal arti perdagangan bebas itu bagi rakyat!" jawab Amir. "Pertama, bisa mendapatkan dengan harga lebih murah barang-barang kelontong, seperti benik (kancing baju), jarum, benang jahit, dan lainnya! Lebih murah dari saat kena bea dan selundupan! Semua itu kebutuhan sehari-hari warga jelata!"
"Tapi mengancam industri nasional, yang kalah bersaing harga dengan produk China!" potong Umar.
"Itu terkait dengan nikmat kedua bagi rakyat!" tegas Amir. "Tekanan persaingan harga mendesak industri nasional melakukan rasionalisasi dan efisiensi maksimal untuk bisa bertahan hidup! Rasionalisasi antara lain gaji pimpinan di sektor industri kita yang
"Itu saja tak cukup!" timpal Umar. "Industri kita terbelit ekonomi biaya tinggi, terutama gurita korupsi/pungli, pokok masalahnya di luar faktor internal dunia usaha!"
"Itu jadi nikmat ketiga bagi rakyat!" sambut Amir. "Dunia usaha akan mendesak pemerintah bersungguh-sungguh membersihkan birokrasi dari segala bentuk korupsi dan pungli! Jika gagal dan industri mengalami kebangkrutan masif, PHK membeludak, pemerintah bisa jatuh! Maka itu, pemerintah harus serius memberantas korupsi/pungli, rakyat juga yang menikmati hasilnya!"
"Bagaimana kalau pemerintah tak peduli gagal dalam memberantas korupsi dan pungli, karena lewat retorika selalu bisa pamer keberhasilan lewat versinya sendiri?" tukas Umar. "Sebaliknya, justru memanfaatkan sistem yang korup itu untuk melestarikan kekuasaan!"
"Kalau itu yang terjadi, ekonomi bangsa terpuruk fatal, usaha penyesuaian yang dilakukan internal dunia usaha sia-sia!" timpal Amir. "Meski begitu, ini tetap menjadi hikmah ke empat bagi rakyat, bisa menyaksikan pembuktian sejauh mana kemampuan pemerintah memberantas korupsi!"
"Maksudku setelah pemerintah terbukti gagal dan ekonomi nasional bangkrut!" kejar Umar.
"Kalau sudah setingkat itu hingga kemiskinan dan pengangguran masif sekali, rakyat mendapatkan hikmah kelima, menemukan kembali keberanian dirinya, jadi tak takut bergabung dalam gerakan rakyat memberantas korupsi dan pungli!" tegas Amir. "Dalam kondisi sedemikian, gerakan rakyat yang habis kesabarannya itu bisa menjadi gerakan cepat (revolusi) sosial antikorupsi! Gerakan ini sukar dibendung dengan retorika penguasa lewat menakut-nakuti! Di situ saatnya tiba, rakyat menentukan sendiri jalannya sejarah! Namun, dengan sikap positif kemungkinan terburuk itu diharapkan tidak sampai terjadi!" ***
0 komentar:
Posting Komentar