"JIKA Afrika menyisakan bintang hitam (bendera Ghana) di Piala Dunia 2010, Asia pun
akhirnya bertumpu harap pada bola api semesta, matahari --sukan Keisuke Honda!" ujar
Umar. "Kekalahan wakil Asia lainnya, Korea Selatan, dari Uruguay memang pantas
ditangisi, karena lebih banyak menguasai bola (55%) maupun menendang bola ke target!
Ternyata sejarah menggelinding dengan hikmah dan pelajaran pahit!"
"Masalahnya, bagaimana nasib Jepang melawan Paraguay yang justru still going strong
ditunjang posisinya--seperti Uruguay--dalam kelompok rasi bintang 'benua Amerika'
yang sedang cemerlang di Piala Dunia 2010?" sambut Amir. "Tergantung sejauh mana
manifestasi semangat samurai, bushido, ninja, dan kamikaze memancar dalam sinar
matahari Asia hingga tak kalah terang dari gugusan rasi bintang Amerika!"
"Realistisnya, dibanding Paraguay yang telah menjadi bagian dari kebangkitan Amerika
Latin menguasai dunia sepak bola (soccer) dengan Uruguay sebagai juara Piala Dunia
saat pertama digelar 1930, Jepang baru mulai membina sepak bola 1970-an! Dengan
begitu, tak mustahil jika Amerika Latin mrmandang Jepang sebagai 'anak bawang'!"
tegas Umar.
"Tapi seperti dalam bisnis dan teknologi yang meski muncul belakangan
dibanding dunia Barat Jepang mampu tampil menjadi bench mark, tak mustahil pula jika
level serupa bisa diraih dalam dunia sepak bola! Itulah harapan Asia pada Jepang di
babak 16 besar!"
"Dilihat penampilan Jepang di Grup E yang dua kali menang dari macan Afrika Kamerun
1-0, dari penjelajah Vicking Denmark 3-1, dan hanya kalah tipis dari salah satu
unggulan calon Piala Dunia 2010 Belanda 0-1 sehingga meraih poin 6, justru tampak
sedikit lebih baik dari Paraguay yang hanya meraih poin 5 dari ddua kali seri lawan
Italia (yang sedang dalam kondisi terburuk) dan Selandia Baru (pendatang baru), dan
menang dari Slovakia 2-0!" timpal Amir.
"Data statistik langkah awal itu memberi
gambaran, 'di atas kertas' Jepang sedikit lebih unggul dari Paraguay--dengan poin 6
hasill dua kali menang, sedang Paraguay hanya 5 dengan sekali menang!"
"Tapi bola bundar, tergantung Jabulani--bola yang dikeluhkan liarnya oleh banyak tim
itu--berpihak ke siapa!" tegas Umar. "Terpenting, dibanding Korea Selatan yang tak
bisa mempertahankan gaya khasnya yang disajikan pada pertandingan pertama lawan
Yunani, dalam tiga tanding di grup permainan Jepang bukan hanya stabil, tapi juga
semakin lebih mantap! Akhirnya, apakah trend peningkatan itu bisa Jepang
pertahankan?"
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Minggu, 27 Juni 2010
Piala Dunia 2010, Asia pun Matahari!
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar