Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

'Poverty-Drain', Bukan Sekadar Masalah Perut!


"KENAPA setiap pemulangan TKI ilegal setelah menjalani hukuman di Malaysia, beritanya selalu menonjolkan perempuan bawa anak dan pria teruk membuktikan beratnya siksaan yang mereka alami?" tanya Umar.

"Sebenarnya bukan ditonjolkan! Tapi karena pria sakit dan perempuan bawa anak ribet ketika berlari kucing-kucingan dengan polisi Malaysia itu yang lebih mudah tertangkap!" jawab Amir. "Sedang pria dan wanita sehat tanpa diribeti anak, sejak dari desanya siap fisik-mental jadi pendatang haram, lain cerita!"

"Lain cerita bagaimana?" potong Umar.


"Maksudnya, mayoritas dari mereka berhasil mendapat izin kerja sementara, kemudian jadi izin tetap! Usaha untuk itu dengan tertangkap sebagai risiko terburuk dan penyiksaan di penjara Malaysia telah deja vu—berita basi hingga tak lagi bertubi-tubi diberitakan media massa kita—pekerja migran justru menunjukkan poverty-drain—pelarian kemiskinan ke luar negeri—bukan sekadar masalah perut!" tegas Amir.

"Pertama, mereka nekat menempuh risiko seserius itu demi mengaktualisasikan kodrat dirinya sebagai homofaber—makhluk pekerja! Untuk itu, putusan ke luar negeri bisa dipastikan jadi pilihan terakhir setelah gagal dari segala usaha mendapatkan pekerjaan di negeri sendiri!" ujar Umar. "Kedua, untuk ke luar negeri butuh keberanian—lebih-lebih lewat jalur ilegal! Pilihan terberat itu keberaniannya untuk lebih dahulu menarik kesimpulan, tak lagi yakin dan percaya pemerintah mampu menyiapkan satu tempat kerja buat dirinya!"

"Kalau masih yakin dan percaya pemerintah bisa menciptakan satu pekerjaan buat dirinya, apalagi yang layak bagi kemanusiaan sesuai janji konstitusi, tak mungkin memilih jalan yang berisiko maut itu!" timpal Umar. "Risiko yang dihargai setara pahlawan—syuhada yang berkorban jiwa—dengan digelari pahlawan devisa, dengan bukti banyak yang harus berkorban jiwa! Kesiapan menempuh risiko seberat itu pasti pilihan terakhir setelah di dalam negeri tak lagi ada yang bisa mereka harapkan!"

"Maka itu, dengan kondisi kritis nasib pekerja kita di luar negeri hingga Presiden mengirim tim yang terdiri dari sejumlah menteri, menjadi momentum bagi pemerintah meningkatkan kapasitasnya memenuhi harapan massa miskin secara lebih realistis, guna menumbuhkan kembali keyakinan dan kepercayaan bahwa pemerintah mampu menyiapkan satu kesempatan kerja buat setiap mereka!" tegas Amir. "Tanpa itu, makin masifnya poverty-drain, bisa lebih kewalahan pemerintah menghadapi konsekuensi logisnya—akan kian masif pula masalah yang timbul!" ***

0 komentar: