"HARI Raya Kurban—Iduladha—kali ini beriringan dengan Hari Pahlawan!" ujar Umar.
"Bagaimana relevansinya?"
"Bukan cuma relevan pada Hari Pahlawan, ibadah kurban itu relevan dengan kehidupan sehari-hari kita sepanjang masa! Yakni, keikhlasannya yang benar-benar Lillahi ta’ala dalam berkurban juga harus dijadikan dasar yang sama kualitasnya buat setiap amal dan ibadah kita!" jawab Amir. "Jadi, dengan relevansi kurban yang sedemikian luas, dimensinya dalam semangat kepahlawanan layak ditarik! Dalam hal ini, keikhlasan yang Lillahi ta'ala mengorbankan kepentingan diri sendiri demi lebih mengutamakan kepentingan orang lain yang sangat membutuhkan pertolongan!"
"Itu semangat kepahlawanan yang mengaktual pada relawan di arena bencana, seperti Merapi dan Mentawai!" timpal Amir. "Sedang untuk semangat kepahlawanan pejuang kemerdekaan yang telah membebaskan bangsa dari belenggu penjajahan, selama ini lazim diangkat dasarnya Sunah Rasul: hubbul wathon minal iman—cinta Tanah Air sebagian dari iman!"
"Iman itu kata kuncinya!" tegas Umar. "Terutama dalam mengaktualkan semangat kurban dan kepahlawanan dalam kehidupan sehari-hari, iman sebagai standar kualitasnya! Jika iman konsisten, kualitas keikhlasan Lillahi ta'ala-nya tinggi! Sebaliknya yang imannya tak konsisten, hanya seolah-olah atau berpura-pura ikhlas beramal, padahal pamrihnya sundul ubun-ubun!"
"Tapi semua itu kan cuma Tuhan Yang Mahatahu!" potong Amir. "Masyarakat cuma bisa menilai apa yang dilakukan, bukan motivasinya!"
"Memang!" timpal Umar. "Dan hal terpenting, kita tak boleh berburuk sangka! Lebih baik setiap kita menjaga konsistensi iman dan kualitas amal ibadah dalam mengaktualkan semangat kurban dan kepahlawanan dalam kehidupan sehari-hari!"
"Ujian untuk konsistensi iman itu tidak ringan!" tegas Amir. "Contoh hipotetisnya, seorang pejabat harus menjalankan kepentingan atasan dengan menyimpang dari ketentuan! Jika dilaksanakan, selain ia bisa tetap duduk pada jabatan tersebut, ia juga dapat bagian dari hasil penyimpangan! Sebaliknya jika imannya konsisten!"
"Pernah terjadi dalam posisi seperti itu seorang pejabat memilih konsistensi imannya, mundur diri dari jabatannya!" timpal Umar. "Mungkin itu satu dari seribu, tapi bersyukurlah kita, masih ada orang seperti itu! Artinya, semangat kurban dan kepahlawanan yang berakar pada konsistensi iman masih ada sehingga tak bisa diklaim mutlak tinggal kepura-puraan belaka!" ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Senin, 15 November 2010
Relevansi Kurban dan Kepahlawanan!
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar