"MUNGKIN ini pertama kali terjadi sepanjang dua periode masa jabatannya sebagai gubernur, Sjachroedin Z.P. mengeluh!" ujar Umar. "Dan itu menyangkut lambannya proses pembangunan kota baru di Jatimulyo, Lampung Selatan. Menurut dia, baru jalan utama dan gerbangnya saja yang terlihat, sedang dinas dan instansi di luar Bina Marga belum aktif mengikutinya!"
"Keluhan Gubernur itu bisa dipahami karena sebagai sebuah gagasannya yang besar, kota baru tak tergarap cukup sistematis!" timpal Amir. "Investor juga tak segera berduyun-duyun seperti diprediksi!"
"Meskipun demikian, Sekprov Lampung Berlian Tihang tetap optimistis sejumlah bangunan utama selesai akhir 2013 sehingga awal 2014 Gubernur, DPRD, dan Setprov sudah bisa pindah kantor ke kota baru!" tegas Umar. "Menurut Berlian Tihang, pembangunannya dilakukan dengan anggaran bertahap. Jalan tembus dari pusat kota dibangun dari jalut dua Korpri, dekat, cuma 14 km!"
"Terkesan lambannya proses pembangunan kota baru karena banyak dinas dan instansi takut salah kalau buru-buru ikut sibuk membangun di kota baru!" sambut Amir. "Terutama salah dari segi anggaran. Itu memang masalah sensitif. Karena itu, rencana anggarannya harus dikonsolidasi oleh Badan Pengelola Kota Baru untuk selanjutnya diintegrasikan prosesnya di DPRD lewat panitia anggaran eksekutif!"
"Berarti keluhan Gubernur itu harus direspons komprehensif oleh Badan Pengelola Kota Baru!" tegas Umar. "Komprehensif baik ke dalam jajaran Pemprov maupun keluar dengan kampanye segala sesuatunya tentang kota baru sebagai pusat pemerintahan, pusat bisnis, pusat pendidikan, dan pusat rekreasi, dengan memberi gambaran jelas partisipasi apa dari masyarakat yang masih terbuka atau malah dibutuhkan!"
"Membangun kota baru yang modern dengan fungsi seperti itu jelas tak sederhana!" timpal Amir. "Paling tidak, ada jaminan tak jadi langganan banjir sekian ratus tahun! Bandung dan Medan yang sejak awal disiapkan sedemikian rupa pun, setelah dihuni jutaan orang saluran air limbah rumah tangga maupun air hujan di bawah badan jalan utama jadi tak memadai lagi! Hingga, harus digali ulang saluran selebar badan jalan berkedalaman beberapa meter lewat proyek BUDP dan MUDP!" "Kota modern memang fungsi bawah tanahnya maksimal sehingga penggunaannya harus dikelola sejak awal!" tegas Umar. "Dari jaringan listrik, telepon, air, gas, limbah WC, rumah tangga, sampai subway (rel KA bawah tanah). Jangan seperti Kota Bandar Lampung yang ingin 'diselamatkan' dengan kota baru ini, gonta-ganti menggali hingga jalan raya babak belur terus!" ***
Selanjutnya.....
"Membangun kota baru yang modern dengan fungsi seperti itu jelas tak sederhana!" timpal Amir. "Paling tidak, ada jaminan tak jadi langganan banjir sekian ratus tahun! Bandung dan Medan yang sejak awal disiapkan sedemikian rupa pun, setelah dihuni jutaan orang saluran air limbah rumah tangga maupun air hujan di bawah badan jalan utama jadi tak memadai lagi! Hingga, harus digali ulang saluran selebar badan jalan berkedalaman beberapa meter lewat proyek BUDP dan MUDP!" "Kota modern memang fungsi bawah tanahnya maksimal sehingga penggunaannya harus dikelola sejak awal!" tegas Umar. "Dari jaringan listrik, telepon, air, gas, limbah WC, rumah tangga, sampai subway (rel KA bawah tanah). Jangan seperti Kota Bandar Lampung yang ingin 'diselamatkan' dengan kota baru ini, gonta-ganti menggali hingga jalan raya babak belur terus!" ***