"DIPIMPIN Sekretaris Kota Bandar Lampung Badri Tamam, 500-an orang terdiri dari camat, lurah, kepala dinas, dan pegawai Pemkot bersama warga, Jumat lalu demonstrasi ke Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) di Jakarta!" ujar Umar. "Mereka menyampaikan protes keras Wali Kota Herman H.N. kepada KLH yang memberi predikat kota terkotor kepada Bandar Lampung! Demo itu sempat rusuh akibat dilarang masuk halaman KLH, pagar kantor itu roboh diterjang massa!"
"Pemberian predikat kota terkotor di Indonesia buat Bandar Lampung jelas tak bisa diterima, bukan saja oleh pimpinan pemerintahan kotanya, tapi lebih lagi oleh warganya!" timpal Amir. "Tak sukar dibayangkan, dengan stigma kota terkotor itu, yang mencerminkan warganya jorok, warga luar daerah bisa jadi enggan melamar anak gadis dari keluarga yang punya kebiasaan hidup jorok itu!"
"Dilihat dari situ, pemberian predikat terkotor itu bahkan bisa dianggap sebagai penghinaan!" tegas Umar. "Jangankan predikat negatif seperti itu diberikan kepada warga Lampung yang punya harga diri (fi'il) tinggi! Kepada orang yang benar-benar jorok pun, ketika dirinya dituding jorok—apalagi di muka umum, si jorok itu pasti marah dan menolak predikat terjorok!"
"Pejabat KLH yang menerima mereka mengonfirmasi, Bandar Lampung mendapat nilai terbawah dari 13 kota besar yang disurvei tim Adipura KLH akibat pengelolaan air di kota itu yang masih sangat buruk!" ujar Amir. "Contoh air dari empat perumahan dan sebuah sungai yang dijadikan dasar! Dengan dasar yang faktual itu ditegaskan KLH takkan mengubah angka hasil penilaian tim Adipura maupun mengubah urutan posisinya!"
"Penjelasan KLH itu justru menyulut amarah warga Lampung!" timpal Umar.
"Tak kepalang, Senin kemarin 10 bus besar massa Majelis Penyimbang Adat Lampung dipimpin Zainal Hayat Karim mendatangi KLH dengan tuntutan agar Menteri KLH meminta maaf secara tertulis kepada masyarakat Lampung atas penghinaan itu! Permohonan maaf itu harus disiarkan media cetak dan elektronik!" (Elshinta, 11-6:12.48) "Ironis sekali!" tegas Amir. "Bandar Lampung sepanjang dekade 1990-an berturut-turut mendapat Adipura, bahkan Adipura Emas, hingga dibangun Tugu Adipura di tengah kota! Kondisi Bandar Lampung begitu-begitu saja, di sana-sini malah ada bangunan baru yang indah! Kenapa dulu bisa dapat Adipura, kini malah terkotor?" "Masalahnya mungkin bukan realitas kotanya, tapi seperti disitir Aryanto dari Pussbik!" timpal Umar. "Yakni, KLH harus bisa menepis intrik politik dan permainan uang yang selama ini menyelimuti pemberian Adipura!" ***
"Tak kepalang, Senin kemarin 10 bus besar massa Majelis Penyimbang Adat Lampung dipimpin Zainal Hayat Karim mendatangi KLH dengan tuntutan agar Menteri KLH meminta maaf secara tertulis kepada masyarakat Lampung atas penghinaan itu! Permohonan maaf itu harus disiarkan media cetak dan elektronik!" (Elshinta, 11-6:12.48) "Ironis sekali!" tegas Amir. "Bandar Lampung sepanjang dekade 1990-an berturut-turut mendapat Adipura, bahkan Adipura Emas, hingga dibangun Tugu Adipura di tengah kota! Kondisi Bandar Lampung begitu-begitu saja, di sana-sini malah ada bangunan baru yang indah! Kenapa dulu bisa dapat Adipura, kini malah terkotor?" "Masalahnya mungkin bukan realitas kotanya, tapi seperti disitir Aryanto dari Pussbik!" timpal Umar. "Yakni, KLH harus bisa menepis intrik politik dan permainan uang yang selama ini menyelimuti pemberian Adipura!" ***
0 komentar:
Posting Komentar