"SALAH satu faktor penting penyebab merosotnya amat tajam indeks negara gagal (ING) Indonesia—dari peringkat 87 pada 2009 menjadi 63 pada 2012—adalah kian melebarnya jurang antara si kaya dan kaum miskin!" ujar Umar. "Ketimpangan sosial yang semakin menganga itu bagaikan luka membusuk di tubuh bangsa hingga baunya tercium di Washington DC, Amerika Serikat, di mana lembaga peneliti nirlaba Fund for Peace memeringkat ING 178 negara di dunia!"
"Apa sebenarnya yang tersirat di balik penegasan tambah lebar dan dalamnya jurang antara si kaya dan si miskin itu, padahal statistik di dalam negeri mencatat penurunan jumlah orang miskin di Indonesia dari tataran 15% pada 2009 menjadi sekitar 12% pada 2012?" tanya Amir."Itu soal beda cara pengukurannya!" jawab Umar. "Statistik kita pakai hitungan konsumsi berbilang sen di bawah 1 dolar AS per orang per hari, sedang Washington pakai pendapatan 2 dolar AS per orang per hari! Akibatnya, jika pakai kacamata mereka jurang itu tampak menganga lebih lebar dan lebih dalam!"
"Tapi kenapa kita pakai kacamata kuda yang melihat jurang itu sempit sehingga bisa membuat kita terjerumus?" kejar Amir.
"Masalahnya, kita sudah berada dalam jurang itu, jadi tak perlu takut terjerumus masuk jurang lagi!" jawab Umar. "Beda dengan orang yang belum terjerumus, perlu kacamata yang benar agar tak terjerumus! Sedang kita yang telanjur berada dalam jurang, perlu pakai kacamata rayband agar hal-hal buruk dalam jurang terlihat menjadi serbaindah!"
"Jadi itu rupanya tujuan kita membuat pranata ukuran sendiri yang berbeda dengan standar universal?" timpal Amir.
"Bukan untuk melihat esensi masalah, melainkan sekadar pelipur lara dari realitas pahitnya hidup! Realitas itu, merosotnya ING dari peringkat 87 ke 63 dalam tiga tahun seiring yang tecermin di ranah hukum berupa kecamuk korupsi di jantung kekuasaan negara yang nilainya tembus triliunan rupiah!" "Maka itu, kita seharusnya rajin berkaca diri di cermin universal, agar tak terbuai cermin gila yang mencitrakan wajah kita tampan, padahal di cermin normal terlihat wajah kita celemotan dengan riasan kosmetik artifisial yang norak!" tegas Umar. "Kita layak menyadari bahwa ketimpangan sosial jurang kaya-miskin yang semakin lebar itu merupakan 'penyakit dalam' yang menggerogoti tubuh bangsa! Karena itu harus diobati dan dirawat dengan baik agar peringkat ING-nya tak terus memburuk! Penyakit seperti itu tak cukup diobati minyak angjn, apalagi kalau tujuannya cuma agar bau harumnya merebak!" ***
"Bukan untuk melihat esensi masalah, melainkan sekadar pelipur lara dari realitas pahitnya hidup! Realitas itu, merosotnya ING dari peringkat 87 ke 63 dalam tiga tahun seiring yang tecermin di ranah hukum berupa kecamuk korupsi di jantung kekuasaan negara yang nilainya tembus triliunan rupiah!" "Maka itu, kita seharusnya rajin berkaca diri di cermin universal, agar tak terbuai cermin gila yang mencitrakan wajah kita tampan, padahal di cermin normal terlihat wajah kita celemotan dengan riasan kosmetik artifisial yang norak!" tegas Umar. "Kita layak menyadari bahwa ketimpangan sosial jurang kaya-miskin yang semakin lebar itu merupakan 'penyakit dalam' yang menggerogoti tubuh bangsa! Karena itu harus diobati dan dirawat dengan baik agar peringkat ING-nya tak terus memburuk! Penyakit seperti itu tak cukup diobati minyak angjn, apalagi kalau tujuannya cuma agar bau harumnya merebak!" ***
0 komentar:
Posting Komentar