"BUAT apa menghamburkan uang miliaran untuk ikut pemilihan umum kepala daerah (pilkada) kalau peluang menangnya sebenarnya masih spekulasi!" ujar Umar. "Itulah cara berpikir realistis yang mulai berkembang di kalangan tokoh masyarakat Lampung sehingga calon bupati yang mengikuti pilkada tiga kabupaten di Lampung tahun ini—Tanggamus, Tulangbawang, Lampung Barat—cenderung makin sedikit!"
"Itu jelas kabar gembira karena kecenderungan tersebut mengesankan kian dewasanya kalangan tokoh masyarakat untuk mengukur sendiri kapasitas ketokohan dirinya, becermin tentang kepantasan dirinya mendamba untuk menjadi orang nomor satu di kabupatennya!" timpal Amir. "Saya sering sedih bila melihat seseorang tanpa pikir panjang dan introspeksi siapa dirinya, royal bagi-bagi sembako ribuan paket untuk sosialisasi menaikkan popularitas namanya di masyarakat!"
"Popularitas ketokohan itu perlu agar hasil survei menempatkan dirinya di posisi atas, dengan mana partai politik mau mengusungnya sebagai calon dalam pilkada!" tegas Umar. "Tapi banyak orang yang belum jelas tingkat popularitasnya pada hasil survei, sudah keburu menghamburkan dana untuk menyewa perahu partai politik! Setelah habis uang banyak, ternyata pengurus pusat partai mendasarkan pilihan calon yang diusungnya dalam pilkada sesuai hasil survei!"
"Bukan cuma itu!" potong Amir. "Belum jelas apakah pasti ada partai yang bakal mengusungnya, ia sudah menghamburkan dana untuk mencetak poster wajahnya, spanduk, baliho, umbul-umbul, dan sebagainya! Celakanya, setelah ketahuan partai tak ada yang mau mengusungnya, untuk mencari dukungan pencalonan lewat jalur independen sudah kekurangan waktu untuk memenuhi jumlah dukungan lengkap dengan fotokopi KTP-nya!
Sudah habis uang sedemikian banyak, jangankan ikut pilkada, untuk mendaftar pencalonan namanya ke KPU saja gagal!" "Makin sedikitnya pendaftar pasangan calon bupati dan wakil bupati ke KPU, juga tak terlepas dari kecenderungan partai politik untuk ramai-ramai mendukung calon yang unggul dalam survei dengan membentuk koalisi tertentu!" tegas Umar. "Tentu saja, calon yang didukung beramai-ramai itu dipilih juga berdasar penilaian sang calon mampu mengeluarkan biaya operasi pemenangan dirinya yang cukup dan adil kepada setiap partai!" "Berkurangnya pasangan calon yang lolos unuk mengikuti pilkada, semakin kecil pula jumlah paket sembako yang diterima rakyat pemilih!" timpal Amir. "Dan pilkada semakin berkualitas ketika rakyat tak lagi berharap pada pembagian sembako untuk menentukan pilihannya!" ***
Sudah habis uang sedemikian banyak, jangankan ikut pilkada, untuk mendaftar pencalonan namanya ke KPU saja gagal!" "Makin sedikitnya pendaftar pasangan calon bupati dan wakil bupati ke KPU, juga tak terlepas dari kecenderungan partai politik untuk ramai-ramai mendukung calon yang unggul dalam survei dengan membentuk koalisi tertentu!" tegas Umar. "Tentu saja, calon yang didukung beramai-ramai itu dipilih juga berdasar penilaian sang calon mampu mengeluarkan biaya operasi pemenangan dirinya yang cukup dan adil kepada setiap partai!" "Berkurangnya pasangan calon yang lolos unuk mengikuti pilkada, semakin kecil pula jumlah paket sembako yang diterima rakyat pemilih!" timpal Amir. "Dan pilkada semakin berkualitas ketika rakyat tak lagi berharap pada pembagian sembako untuk menentukan pilihannya!" ***
0 komentar:
Posting Komentar