REALITAS antilogis lalu lintas mudik tahun 1437 Hijriah atau 2016 terjadi amat mencolok, namun mengandung berkah yang luar biasa. Realitas antilogis itu adalah sarana dan prasarana jalan yang semakin dipermulus dengan semakin panjangnya jalan tol yang selesai dibangun, tapi semakin panjang dan semakin lama pula kemacetan mudik terjadi.
Namun, akibat kemacetan yang semakin panjang dan lama itu, sehingga banyak kendaraan tak bergerak atau bergeraknya hanya beringsut-ingsut, rupanya membawa berkah tersendiri. Yakni, jumlah kecelakaan mudik tahun ini turun 21% dibanding dengan tahun lalu terhitung hari keenam sebelum Lebaran hingga hari pertama Idulfitri.
Dari data Kementerian Perhubungan, kecelakaan tahun ini 1.289 kasus, dibanding dengan tahun lalu 1.622 kecelakaan (Kompas.com, 7/7/2016). Jumlah korban meninggal dunia dalam periode tersebut juga berkurang 25%, dari 328 korban tahun 2015, menjadi 244 korban pada tahun ini.
Meski di balik itu ada sebanyak 12 orang meninggal akibat kemacetan, yang memicu stres atau menyulut penyakit penyebab kematiannya karena kurang baiknya persiapan bantuan tim kesehatan di titik-titik kemacetan fatal jalan tol. Namun, Kemenkes yang menjadi sorotan, melalui Kepala Pusat Krisis Kemenkes Achmad Yurianto menjelaskan terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan para korban meninggal dunia dalam kemacetan panjang di jalan tol.
"Kelelahan dan kekurangan cairan dapat berdampak fatal, terutama untuk kelompok rentan seperti anak-anak, orang tua, dan mereka yang memiliki penyakit kronis (hipertensi, diabetes, atau jantung)," ujar Yurianto. "Ditambah kondisi kabin kendaraan yang kecil, tertutup, dan pemakaian AC yang terus-menerus. Hal ini akan menurunkan kadar oksigen dan meningkatkan CO2." (Kompas.com, 6/7/2016)
Untuk mengurangi risiko semacam itu menimpa pemudik, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Oscar Primadi mengingatkan agar warga masyarakat yang melakukan perjalanan jauh memastikan kondisi kesehatan tubuhnya. Untuk membantu pemudik, menurut Oscar, Kemenkes telah menyiagakan 3.583 sarana kesehatan yang terdiri dari 870 posko kesehatan, 2.000 puskesmas, 371 rumah sakit, dan 207 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).
Selain itu, Kemenkes juga menyiapkan layanan darurat medik 119. Sayangnya, semua kesiagaan dan fasilitas itu kurang publikasi. Seperti layanan darurat medik 119, hanya sedikit orang yang tahu, sehingga akibat fatal terjadi tanpa pertolongan tepat waktu saat stres kemacetan mudik. ***
Dari data Kementerian Perhubungan, kecelakaan tahun ini 1.289 kasus, dibanding dengan tahun lalu 1.622 kecelakaan (Kompas.com, 7/7/2016). Jumlah korban meninggal dunia dalam periode tersebut juga berkurang 25%, dari 328 korban tahun 2015, menjadi 244 korban pada tahun ini.
Meski di balik itu ada sebanyak 12 orang meninggal akibat kemacetan, yang memicu stres atau menyulut penyakit penyebab kematiannya karena kurang baiknya persiapan bantuan tim kesehatan di titik-titik kemacetan fatal jalan tol. Namun, Kemenkes yang menjadi sorotan, melalui Kepala Pusat Krisis Kemenkes Achmad Yurianto menjelaskan terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan para korban meninggal dunia dalam kemacetan panjang di jalan tol.
"Kelelahan dan kekurangan cairan dapat berdampak fatal, terutama untuk kelompok rentan seperti anak-anak, orang tua, dan mereka yang memiliki penyakit kronis (hipertensi, diabetes, atau jantung)," ujar Yurianto. "Ditambah kondisi kabin kendaraan yang kecil, tertutup, dan pemakaian AC yang terus-menerus. Hal ini akan menurunkan kadar oksigen dan meningkatkan CO2." (Kompas.com, 6/7/2016)
Untuk mengurangi risiko semacam itu menimpa pemudik, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Oscar Primadi mengingatkan agar warga masyarakat yang melakukan perjalanan jauh memastikan kondisi kesehatan tubuhnya. Untuk membantu pemudik, menurut Oscar, Kemenkes telah menyiagakan 3.583 sarana kesehatan yang terdiri dari 870 posko kesehatan, 2.000 puskesmas, 371 rumah sakit, dan 207 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).
Selain itu, Kemenkes juga menyiapkan layanan darurat medik 119. Sayangnya, semua kesiagaan dan fasilitas itu kurang publikasi. Seperti layanan darurat medik 119, hanya sedikit orang yang tahu, sehingga akibat fatal terjadi tanpa pertolongan tepat waktu saat stres kemacetan mudik. ***
0 komentar:
Posting Komentar