INSTRUKSI Presiden Joko Widodo agar harga daging sapi sebelum Idulfitri di bawah Rp80 ribu/kg telah terwujud. "Yang terpenting, sekarang program Pak Presiden harga di bawah Rp80 ribu jadi kenyataan," ujar Menteri Pertanian Amran Sulaiman di Kompleks Istana Presiden, Kamis. (Kompas.com, 30/6/2016)
Namun, Amran mengakui harga daging sapi di Indonesia belum merata, masih ada daging sapi seharga di atas Rp120 ribu per kilogram.
Amran mengapresiasi daging-daging impor yang tembus sampai ke lapak-lapak di pasar. Sebab, selama ini daging impor tidak sampai ke sana. "Selama negara ini ada, ini pertama (daging impor) tembus ke lapak-lapak," ujar Amran.
Amran menegaskan hampir setiap hari mengecek harga daging ke pasar. Hari Kamis itu, Amran sidak ke Pasar Sayur Cipulir, Jakarta Selatan. Ia lihat daging sapi murah, daging sapi beku dan segar, telah masuk ke pasar.
Pemerintah mencatat ada 18 pasar yang nantinya menjual daging sapi murah. Antara lain Pasar Sayur Cipulir, Pasar Kramatjati, dan Pasar Santa. Pasar-pasar tersebut akan menerima stok daging dari para importir daging sapi yang menjadi mitra pemerintah. (Metrotvnews, 30/6/2016)
Saat di Pasar Sayur Cipulir, Amran mendapati harga daging sapi beku dijual Rp80 ribu/kg, sedang daging segar Rp85 ribu/kg. Pantauan Metrotvnews, daging-daging tersebut dipasok Artha Graha Peduli.
Keberhasilan pemerintah mewujudkan harga daging sapi di bawah Rp80 ribu/kg, meski baru di 18 pasar dari ribuan pasar di Tanah Air, jelas layak dihargai. Itu menunjukkan bahwa dengan cara tertentu dan skala tertentu, keinginan Presiden bisa diwujudkan. Tentunya kemudian dievaluasi, apakah cara itu bisa diperluas skalanya hingga mengover seluruh kebutuhan daging sapi murah di semua pasar dalam negeri? Artinya, menjadikan langkah ad-hoc (darurat) pengisian daging impor ke lapak-lapak pasar tradisional itu sebagai langkah permanen.
Kemungkinan membanjiri semua pasar dengan daging impor hanya karena dengan cara itu harga daging sapi bisa ditekan jadi Rp80 ribu/kg, tentu tak masuk akal sehat. Maksudnya, cara darurat itu hanya berlaku sementara, selanjutnya harus mendorong sistem pengadaan yang lebih rasional untuk terwujudnya harga daging sapi sesuai nilai pasarnya, seperti negara tetangga—setara Rp56.100/kg.
Kemampuan menciptakan harga daging sapi murah dengan cara yang normal, tidak justru menyeret negara dalam kondisi darurat dengan mengamalkan cara-cara darurat, menjadi tantangan rezim berkuasa. ***
Amran mengapresiasi daging-daging impor yang tembus sampai ke lapak-lapak di pasar. Sebab, selama ini daging impor tidak sampai ke sana. "Selama negara ini ada, ini pertama (daging impor) tembus ke lapak-lapak," ujar Amran.
Amran menegaskan hampir setiap hari mengecek harga daging ke pasar. Hari Kamis itu, Amran sidak ke Pasar Sayur Cipulir, Jakarta Selatan. Ia lihat daging sapi murah, daging sapi beku dan segar, telah masuk ke pasar.
Pemerintah mencatat ada 18 pasar yang nantinya menjual daging sapi murah. Antara lain Pasar Sayur Cipulir, Pasar Kramatjati, dan Pasar Santa. Pasar-pasar tersebut akan menerima stok daging dari para importir daging sapi yang menjadi mitra pemerintah. (Metrotvnews, 30/6/2016)
Saat di Pasar Sayur Cipulir, Amran mendapati harga daging sapi beku dijual Rp80 ribu/kg, sedang daging segar Rp85 ribu/kg. Pantauan Metrotvnews, daging-daging tersebut dipasok Artha Graha Peduli.
Keberhasilan pemerintah mewujudkan harga daging sapi di bawah Rp80 ribu/kg, meski baru di 18 pasar dari ribuan pasar di Tanah Air, jelas layak dihargai. Itu menunjukkan bahwa dengan cara tertentu dan skala tertentu, keinginan Presiden bisa diwujudkan. Tentunya kemudian dievaluasi, apakah cara itu bisa diperluas skalanya hingga mengover seluruh kebutuhan daging sapi murah di semua pasar dalam negeri? Artinya, menjadikan langkah ad-hoc (darurat) pengisian daging impor ke lapak-lapak pasar tradisional itu sebagai langkah permanen.
Kemungkinan membanjiri semua pasar dengan daging impor hanya karena dengan cara itu harga daging sapi bisa ditekan jadi Rp80 ribu/kg, tentu tak masuk akal sehat. Maksudnya, cara darurat itu hanya berlaku sementara, selanjutnya harus mendorong sistem pengadaan yang lebih rasional untuk terwujudnya harga daging sapi sesuai nilai pasarnya, seperti negara tetangga—setara Rp56.100/kg.
Kemampuan menciptakan harga daging sapi murah dengan cara yang normal, tidak justru menyeret negara dalam kondisi darurat dengan mengamalkan cara-cara darurat, menjadi tantangan rezim berkuasa. ***
0 komentar:
Posting Komentar