Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Perubahan Perilaku Berbelanja!

UNILEVER, raksasa dunia produk konsumen, mengakuisisi perusahaan rintisan (startup) perlengkapan cukur pria Dollar Shave Club (DSC) dengan nilai 1 miliar dolar AS atau Rp13 triliun. Nilai yang dibayar Unilever itu bukan aset riil DSC yang baru berdiri pada 2012, tetapi pengalamannya membuat momentum perubahan perilaku berbelanja.
Dengan momentum itu, dalam waktu cepat DSC memiliki 3,2 juta anggota e-commerce bisnis peralatan cukurnya. Para pria bisa mendaftar untuk menjadi anggota dan secara bulanan mendapat kiriman pisau cukur murah meriah ke rumah mereka. (Kompas.com, 21/7/2016)
Sejak diluncurkan 2012, DSC langsung memikat banyak konsumen karena pola pemasarannya, sering dalam bentuk video yang diunggah ke YouTube. Iklan DSC fokus pada pesan betapa mahalnya pisau cukur dan DSC hadir untuk menyajikan yang murah meriah. Bisnis DSC pun melesat pesat, dengan penjualan bersih pada 2016 bisa lebih dari 200 juta dolar AS.
Akuisisi ini menunjukkan bahwa Unilever, raksasa produk konsumen yang memproduksi merek-merek besar, seperti Dove, Vaseline, dan Axe, mencari cara untuk bisa bertahan di tengah perilaku berbelanja yang berubah.
Unilever menyatakan DSC memiliki informasi dan data konsumen yang unik. Oleh karena itu, Unilever ingin menggandeng DSC dalam upaya mengolah dan merespons pengetahuan yang dimiliki perusahaan rintisan tersebut dalam mengangkat merek-merek milik Unilever. DSC juga dipuji Unilever sebagai pemimpin dalam bisnis langsung pada konsumen.
Selain tujuan besar yang layak dibayar mahal untuk mengikuti perubahan perilaku berbelanja itu, sisi pragmatisnya juga tidak boleh dilupakan. Dengan mengakuisisi DSC berarti Unilever berusaha untuk memenangkan persaingan dalam produk sejenis. Bisnis perlengkapan cukur pria selama ini didominasi merek Gillette produksi Procter & Gambler dan Schick produksi Edgewell Personal Care.
Perubahan perilaku berbelanja itu berlaku universal. Di Indonesia kini juga tengah mengalami kebangkitan e-commerce.
Namun, di sisi lain juga terjadi perubahan perilaku berbelanja pada tahapan tertentu, terutama pergeseran perilaku dari berbelanja cara tradisional ke pasar modern. Di lini ini, penjualan mal-mal dan supermarket terus meningkat, hingga menurut Sekjen Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja, dalam setahun kini bisa tembus Rp400 triliun.
Beraneka perubahan perilaku itu berjalan simultan, yang berhasil merespons momentumnya akan menuai hasilnya. ***

0 komentar: