PRESIDEN Komisi Uni Eropa (UE) Jean-Claude Juncker dan Presiden AS Donald Trump dalam pertemuan di Washington, Kamis (26/7), sepakat menurunkan tarif dan mengakhiri kekhawatiran memburuknya perang dagang global. Menyambut kesepakatan itu, indeks mata uang dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia turun 0,25% menjadi 94,145. "Dolar secara luas melemah terhadap mata uang utama karena ketegangan perdagangan telah mereda," kata Yukio Ishizuki, ahli strategi mata uang senior di Daiwa Securities, Tokyo, seperti dikutip SindoNews.com dari Reuter, Kamis (26/7). "AS dan UE tampaknya telah mengumumkan gencatan senjata dan harapan bahwa pembicaraan NAFTA (perjanjian dagang Amerika Utara) dan kesepakatan dengan Tiongkok akan positif juga," tambah Yukio. AS bulan lalu memberlakukan tarif impor baja dari UE 25% dan aluminium 10%. Ini dibalas UE dengan tarif 25% untuk produk AS selai kacang, wiski, dan sepeda motor Harley. Dalam pidato pembukaan KTT G-20 di Buenos Aires, Argentina, Sabtu (21/7), Menkeu AS Steven Mnuchin menolak untuk mengalah atas permintaan UE untuk kelonggaran tarif. "Pesan saya cukup jelas, yakni pesan sama yang disampaikan Presiden (Donald Trump) di forum G-7: jika Eropa percaya pada perdagangan bebas, kami siap untuk menandatangani perjanjian perdagangan bebas tanpa tarif, tidak ada hambatan nontarif, dan tidak ada subsidi, tiga itu," tegas Mnuchin. (Kompas, 23/7) Namun, setelah presiden Komisi Eropa menemui Trump di Washington, Trump melunak, mungkin menyadari keburukan akibat perang dagang global yang dia sulut. Keduanya sepakat menurunkan tarif dan mengakhiri kekhawatiran memburuknya perang dagang global. Di sisi lain, perubahan sikap Trump itu bisa jadi karena dampak perang dagang yang dilancarkan AS sebenarnya sudah mulai terasa dalam ekonomi riil di AS sendiri. Deutsche Welle.com (25/7/2018) melaporkan, Departemen Pertanian AS pekan ini mengumumkan paket bantuan bagi petani senilai 12 miliar dolar dan menyebut langkah UE sebagai pembalasan yang tidak dapat dibenarkan. Dalam perang dagang ini yang paling terpukul di AS adalah kaum petani mereka, karena baik Tiongkok, Kanada, maupun UE, memasang tarif tinggi untuk produk pertanian asal AS, terutama selai kacang, kedelai, serta wiski dan bourbon yang berbahan baku gandum. Dengan itu, perang dagang global yang disulut AS itu bak menepuk air di dulang, tepercik muka sendiri. Diharapkan, angin segar ini segera berembus ke Tanah Air. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar