ERA suku bunga rendah tinggal kenangan. Setelah Mei 2018 Bank Indonesia (BI) dua kali menaikkan suku bunga acuan 25 bps dari 4,25% menjadi 4,75%, Rapat Dewan Gubernur BI 28—29 Juni 2018 kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate 50 bps menjadi 5,25%. Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan dasar pertimbangan keputusan ini adalah sebagai langkah preventif BI untuk memperkuat stabilitas ekonomi, utamanya stabilitas nilai tukar terhadap perkiraan kenaikan suku bunga Amerika (Fed Fund Rate) hingga empat kali tahun ini dan meningkatnya risiko di pasar keuangan global. BI meyakini kebijakan yang ditempuh dapat memperkuat stabilitas ekonomi khususnya rupiah. Dewan Gubernur BI menyatakan langkah menaikkan suku bunga acuan dilatarbelakangi ketidakpastian pasar keuangan dunia dan penurunan likuiditas global, serta untuk menjaga cadangan devisa yang sudah tergerus untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sejak awal 2018. (Kompas.com, 29/6) Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Jumat siang pukul 11.40 berada pada level Rp14.360. Penguatan dolar AS buah perang dagang AS-Tiongkok membawa efek pelemahan rupiah belakangan ini. Dampaknya tidak hanya dirasakan rupiah, tapi juga oleh hampir semua mata uang negara maju maupun berkembang. Seiring eskalasi perang dagang AS-Tiongkok, yuan Tiongkok terus melemah terhadap dolar AS. Pelemahan itu memicu negara-negara Asia lain yang memiliki hubungan dagang dengan Tiongkok mengalami tekanan mata uang cukup tajam, termasuk Indonesia. Menurut data Nasdaq, sejak akhir 2017 hingga perdagangan terakhir Kamis 28/6/2018, yuan telah melemah 1,67% atas dolar AS. Dalam periode sama rupiah melemah 5,01%, dari Rp13.565 menjadi 14.280; rupee India melemah 7,32%; peso Filipina melemah 6,64%; won Korea Selatan melemah 4,52%; dolar Singapura melemah 2,28%; dolar Taiwan melemah 2,25%. Pelemahan rupiah terhadap dolar AS kali ini adalah yang terparah sejak Oktober 2015. Menurut data ANZ yang dirilis Kamis (28/6), keterpurukan rupiah terjadi akibat banyaknya dana yang masuk ke Indonesia selama 2017 hingga awal 2018, kemudian ramai-ramai keluar. Cadangan devisa yang akhir Januari 2018 masih 131,98 miliar dolar AS, akhir Mei lalu merosot menjadi 122,9 miliar dolar. Sebagian penurunan cadangan devisa digunakan untuk stabilisasi kurs rupiah. Langkah yang dirumuskan dengan cermat telah diambil, tapi perkembangan perang dagang AS-Tiongkok harus terus diikuti dan disimak saksama.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar