LALU Muhammad Zohri menjadi juara dunia lari 100 meter U-20, segera bertubi-tubi pula bonus menyambutnya. Ada rumah baru dari Presiden dan bermacam bonus lain lagi, terakhir satu kilogram emas dari Pegadaian. Semua itu tentu terlihat wajar, penghargaan atas keberhasilannya mengharumkan nama negara dan bangsa. Namun, di sisi lain wajar pula kalau ada orang khawatir, Zohri yang masih remaja itu bisa shock dan akhirnya terbenam dalam timbunan bonus. Salah satu yang khawatir itu Zacky Anwar, ketua Bidang Organisasi dan Daerah Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI), sebagaimana ia tulis di WAG Siwo Jaya, Minggu (15/7). "Hampir semua atlet yang menonjol menjadi rusak dan turun prestasinya akibat dapat anugerah bonus dan uang serta publikasi yang bertubi-tubi. Langsung dia loyo karena sudah punya segala-galanya, termasuk mobil dan motor. Franklin Burumi, sprinter jagoan dari Papua, patah kakinya jatuh dari motor," tulis Zacky. Sebelumnya, Zacky menjelaskan tentang Zohri. "Lalu M Zohri kami dapatkan kira-kira 1,5 tahun yang lalu. Kami lihat dia punya cadens atau kecepatan langkah kakinya dalam berlari di atas rata-rata atlet sprinter lainnya. Aneh memang hampir semua sprinter PASI berasal dari NTB." "Kemudian, kami ambil dan masuk Pelatnas PASI di Cibinong. Bob Hasan mendatangkan pelatih terbaik atletik dunia, Mary Mara, dari AS. Semua teknik diperbaiki selama tiga bulan. Cukup mahal ya. Dalam test event Asian Games kemarin, dia sudah mencapai kemajuan pesat. Umur masih 17 tahun," tulisnya. "Bulan yang lalu, kami kirim lagi Lalu Zohri dan kawan-kawan sebanyak 21 orang masuk training camp di AS selama satu bulan," lanjut Zacky. "Pulang dari AS, kami kirim lagi ke Korea Open dan Jepang. Kemarin, dia masuk kategori bisa ikut kejuaraan dunia di Finlandia. Ada empat orang yang kami kirim beserta dua pelatih. Dan itulah hasilnya proses selama 1,5 tahun ini," tutur Zacky. "Saat ini, Lalu Zohri akan disembunyikan dari publikasi dan berbagai pujian. Takut dia shock. Mahal bikinnya, tetapi cepat rusaknya," tutup Zacky Anwar. Kekhawatiran itu wajar dari pembina atlet, yang memang susah mencari bakat dan membinanya sampai berprestasi. Solusinya, meniru negara maju, jika ada bakat istimewa begitu, langsung ditangani seorang manajer, yang mengelola keuangan dan mengatur sang atlet dengan program-program latihan khusus untuk konsisten mempertahankan juga meningkatkan terus prestasinya.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar