SURVEI kesejahteraan masyarakat di 23 negara dengan 14.500 responden menemukan tingkat stres di Indonesia rendah, lebih rendah dari rata-rata dunia. Tingkat stres responden Indonesia hanya 61 poin, dibanding dengan rata-rata global 61,2 poin. Laporan hasil surveinya dirilis Asia One. Survei terbaru kesejahteraan masyarakat yang dilakukan perusahaan asuransi Cigna itu melihat dari lima faktor utama, yakni fisik, keluarga, sosial, keuangan, dan pekerjaan. Tingkat stres tertinggi ditemukan di India, mencapai 70,4 poin. Tingkat stres di Indonesia dianggap rendah karena hanya 75% responden yang menderita stres. Jumlah itu lebih rendah dibanding dengan rata-rata global yang mencapai 86%. Sebagai perbandingan, lebih dari 91% responden Singapura dan Thailand mengklaim diri mereka menderita stres. Setengah dari responden yang menderita stres menganggap menceritakan masalah yang mereka alami kepada teman atau keluarga bisa meredakan tekanan yang mereka rasakan. Direktur Cigna, Ben Furneaux, mengatakan kondisi keuangan dan lingkungan kerja adalah hal utama penyebab stres. "Survei kami mengungkapkan beberapa penyebab stres, termasuk hubungan yang buruk dengan atasan di tempat kerja dan ketidakmampuan untuk merawat kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan orang tua," ujar Funeaux. (Kompas.com, 18/7/2018) Stres memang berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental. Stres bisa menyebabkan otak lebih tua beberapa tahun. Riset University of Wisconsin School of Medicine and Public Heralth membuktikan stres berat berkaitan dengan fungsi kognitif yang lebih buruk di kemudian hari. Kecemasan atau stres merupakan kondisi yang kita ciptakan sendiri. Makin berandai-andai dan suatu hal terlalu dipikirkan, muncul ketakutan hingga depresi. Data American Psychological Association (APA) menunjukkan generasi millennial kurang mampu mengatasi masalah psikologis, yakni stres, kecemasan, dan menjadi tidak produktif, dibanding dengan generasi sebelumnya. Bukan hanya buruk bagi kesehatan mental, menurut penelitian Harvard University, kecemasan dan stres berkaitan dengan risiko penyakit jantung, migrain, gangguan pernapasan kronis, dan kondisi buruk lainnya. Untuk mengurangi stres, generasi millennial disarankan memperbaiki kebiasaan buruk; tidur dan makan tidak teratur, terlalu banyak minum kopi, duduk terlalu lama, tersandera telepon seluler, kerja lembur, terlalu lama menonton televisi, dan terlalu sering mendengarkan curhat.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar