TAKSI terbang dalam proses jadi kenyataan. Pemerintah Jerman berambisi mewujudkan teknologi mutakhir itu. Menteri Transportasi Jerman Andreas Scheuer dan Wali Kota Ingolstadt Christian Losel, bersama perusahaan Audi dan Airbus menandatangani deklarasi pengembangan dan uji cobanya di Ingolstadt, Rabu (21/6). Untuk proyek yang bakal mengubah situasi kota-kota utama dunia yang lalu lintasnya sekarang macet, pelaksanaan teknisnya ditangani perusahaan pabrik mobil kelas atas Audi dan pabrik pesawat terbang Airbus. (Kompas.com, 23/6) Dengan pelaksana teknis dan uji coba dua perusahaan raksasa yang tepat di bidangnya tersebut, proyek taksi terbang Jerman ini jauh lebih memberi harapan dalam keselamatan penggunaannya. Itu, dibanding proyek taksi terbang berbasis drone berperanti artificial intelligence (AI/kecerdasan buatan) yang tengah diuji coba Huawei Global Industry dan dipamerkan di Shenzhen, Tiongkok, 17—19 April 2018. Namun, Huawei bukan satu-satunya pengembang proyek taksi terbang di luar Jerman. Kota Dubai menargetkan pada Juli 2018 yang kita masuki ini, taksi terbang mulai beroperasi. Selandia Baru juga sedang menguji coba proyek serupa. Kemudian Uber, perusahaan aplikasi transportasi, sedang mengembangkan armada taksi terbang. Kota Ingolstadt, tempat uji coba itu, dikenal sebagai pusat teknologi di negara bagian Bayern. "Moda transportasi ini membuka kemungkinan yang sama sekali baru, termasuk transportasi medis di kota-kota dan daerah perkotaan," ujar Scheuer. Untuk proyek ini, Audi dan Airbus telah mempresentasikan konsep mobil terbang mereka yang dijuluki Pop Up Next di pameran mobil Jenewa Maret lalu. Proyek itu mendapat dukungan dari banyak pihak. Universitas Ingolstadt, pusat-pusat penelitian, dan rumah sakit di kota itu semua berjanji untuk ambil bagian. Berdasar analisis Huawei (Kompas.com, 18/4), aplikasi AI di sektor transportasi akan bisa menekan kemacetan di jalan hingga 86%. Ongkos transportasi juga bisa direduksi hingga 56%. Demikian Chief Strategy Marketing Officer Huawei, William Xu. Taksi terbang bisa masif karena tidak perlu landas pacu (runway), tetapi naik dan turun secara vertikal dengan ruang operasi udara (langit digital) di bawah ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut. Juga bukan hanya mengangkut manusia, tetapi logistik ringan. Jalanan yang semula macet bakal sepi dan kosong, bisa dimanfaatkan jadi ruang komunitas hijau. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar