Artikel Halaman 8, Lampung Post Minggu 16-02-2020
Januari, Bumi Cetak
Rekor Baru Terpanas!
H. Bambang Eka Wijaya
TAHUN 2020 baru saja dimasuki, Januari lalu mencetak rekor baru suhu bumi terpanas berdasar sistem pemantauan iklim Uni Eropa. Itu dilihat dari laporan suhu di Eropa yang meningkat rata-rata 3 derajat Celcius pada Januari dari 1981 hingga 2010.
Sementara itu, Layanan Perubahan Iklim Copernicus (C3S) juga melaporkan kelompok negqra yang membentang dari Norwegia ke Rusia juga mengalami kenaikan suhu sebesar 6 derajat Celcius. Hal ini belum pernah terjadi selama 30 tahun sebelumnya.
Menurut para ilmuwan, peningkatan temperatur bulanan, tahunan, maupun dekade adalah hal yang biasa. Kondisi ini dampak perubahan iklim, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil.
Oleh karena itu, lima tahun terakhir ini menjadi rekor terpanas seperti priode 10 tahun 2010-2019. Tahun 2019 yang menjasi tahun terpanas kedua, hanya 0,04 derajat Celcius di bawah 2016 yang dipengaruhi oleh El Nino, fenomena cuaca alam berkala di atas Samudera Pasifik.
Sedangkan rekor dunia bulan lalu, seperti dilansir Sains.Kompas dari ScienceAlert (5/2/2020) adalah 0,03 derajat Celcius di atas Januari terpanas sebelumnya, juga pada 2016.
Tim peneliti dari C3S mengungkap, di Eropa, bukan lalu sekitar 0,2 derajat Celcius lebih hangat dari rata-rata Januari pada priode 1981-2010. Rekor panas juga jatuh di lokasi-lokasi tertentu di sepanjang bagian utara benua. Misalnya desa Sunndalsora, Norwegia Barat.
Temperatur di atas rata-rata yang luar biasa juga terjadi di seluruh Rusia. Di negara ini suhu lebih tinggi dari suhu normal yangvada di sebagian besar AS, Kanada bagian timur, Jepang, dan sebagian Tiongkok bagian timur.
New South Wales di Australia temperatur udara juga jauh lebih tinggi. Apalagi wilayah ini merupakan area yang terdampak kebakaran hutan yang menghancurkan sebagian besar negara bagian tersebut.
Konsentrasi karbondioksida (CO2) di atmosfer yang menyebabkan pemanasan global sekarang berada pada tingkat tertinggi, setidaknya dalam 800.000 tahun.
PBB tahun lalu mengatakan emisi gas rumah kaca buatan manusia perlu diturunkan 7,6% setiap tahun selama dekade berikutnya. Tujuannya untuk membatasi pemanasan global pada 1,5 derajat Celcius di atas tingkat praindustri. Hal itu tertuang dalam Kesepakatan Paris.
Namun, di balik kesepakatan mengurangi emisi gas rumah kaca tersebut, bumi semakin nemasuki jalur pemanasan global di akhir abad ini. Ironisnya, AS pemiliik paling banyak cerobong asap raksasa, malah keluar dari Komitmen Paris. ***
0 komentar:
Posting Komentar